Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Dekan FMIPA IPB Sri Nurdiati Beri Pencerahan soal Antibodi

Kompas.com - 21/09/2021, 12:05 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Unggahan berisi informasi mengenai adanya Dekan FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Dosen Biokimia IPB, Sri Nurdiati disebut memaparkan 9 poin penting diskusi mengenai antibodi beredar di media sosial.

Unggahan yang menyebutkan tentang berbagai hal tentang antibodi dan salah satunya tentang kelemahan virus tersebut beredar pada 15 Agustus 2021.

Kepala Biro Komunikasi IPB Yatri Indah Kusumastuti menegaskan bahwa informasi tersebut adalah hoaks. Pasalnya Sri Nurdiati merupakan pakar di bidang komputer sains dan tidak pernah memberikan diskusi terkait antibodi.

Narasi yang beredar

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, informasi mengenai 9 poin diskusi mengenai antibodi dituliskan oleh akun Facebook ini.

Disebutkan juga bahwa poin-poin diskusi itu disampaikan oleh DR Ir Hj Sri Nurdiati (Dekan FMIPA IPB dan Dosen Biokimia IPB).

Selain itu, unggahan juga menyebutkan beberapa sumber vitamin C dan vitamin E yang terdapat pada buah-buahan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran.

Tangkapan layar informasi Dekan FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Dosen Biokimia IPB, Ir Hj Sri Nurdiati disebut memaparkan 9 poin penting diskusi mengenai antibodi.Facebook Tangkapan layar informasi Dekan FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Dosen Biokimia IPB, Ir Hj Sri Nurdiati disebut memaparkan 9 poin penting diskusi mengenai antibodi.

Berikut rincian pesan tersebut:

"*INILAH PAKAR YANG BENAR-BENAR MEMBERIKAN PENCERAHAN DAN HARAPAN, TIDAK MENAKUT-NAKUTKAN*
*sumber:*
*_DR. Ir. Hj. Sri Nurdiati (Dekan FMIPA IPB dan Dosen Biokimia IPB)_*
''Ramai orang tak sedar pentingnya "ANTIBODI" stoknya harus selalu ada. Orang lebih panik masker atau hand sanitizer hilang di pasaran. Harusnya kita lebih panik kalau "ANTIBODI" hilang di tubuh, kerana virus tidak mungkin dihindari.*'''
*Point Penting Dari Diskusi:*
'''1). Virus itu hanya boleh dikalahkan oleh "ANTIBODI"'''
'''2). "Antibodi" yang di dalam tubuh itu seperti kilang, kadang banyak kadangkala sedikit.'''
'''3). Agar produksi "anti bodi" banyak, selalu ambil vitamin C dan E setiap hari serta berjemur Sinar Matahari.(Vitamin D).
'''4). '''Virus itu tak mungkin dihindari, jadi pasti selalu ada, contohnya jika bersin, mungkin dipastikan ada virus di situ. Bersin indikasi tubuh menolak.'''
'''5). Kalau berhasil tembus ke hidung dekat tenggorokan, tubuh akan batuk, tanda menolak.'''
'''6). Kalau masih tembus juga, baru demam. Tapi jgn takut. Demam tandanya tubuh sedang melawan perang dgn virus itulah mekanisme alamiah tubuh utk melawan virus.
'''7). '''Kelemahan virus ialah pada sabun. Kalau tak ada hands sanitizer, guna sabun apa saja bahkan sabun cuci piring juga boleh. Dlm 3-5 minit, virus akan mati dgn sabun.'
''
'''8). '''Selama 14 hari "antibodi" kita akan merakam virus ini dan disimpan dlm *sel memori* di otak.'''
'''9). Jadi, kalau kita sembuh dan suatu saat kena corona lagi, sel memori ini akan aktif dalam 24 jam (tak perlu menunggu 14 hari lagi).'''
'''Jadi, mari kita lebih fokus ke dalam tubuh dgn meyakinkan'''
_"STOCK ANTIBODI CUKUP"_ ''' alias vitamin C/E rutin diambil dan berjemur Sinar Matahari yang paling mudah utk Vitamin D.
''' *Catatan 
*_Sumber vitamin C dan E terdapat pada buah2an, kekacang dan sayur2an, antara lain:_*'''
? limau Manis/nipis
? Tomato
? Jambu Batu
? Kacang Tanah
? Kacang Hijau
? Bayam
? Pucuk belinjau
? pucuk pisang
? Avocado
? Buah Pisang
? Brokolli
? Minuman Rempah (teh herbal/organik ,kopi organik ,Serai, halia, kunyit, limau nipis)
dan semua sayuran HIJAU
'''Semoga bermanfaat Untuk kita semua & masyarakat.'''
"Ingat! Perkuatkan AntiBodi Anda"
*SEMOGA BERMANFAAT.*"

Hingga, Minggu (12/9/2021), unggahan itu sudah direspons sebanyak 160 kali dan dibagikan sebanyak 70 kali oleh pengguna Facebook lainnya.

Konfirmasi Kompas.com

Saat dikonfirmasi, Kepala Biro Komunikasi IPB Yatri Indah Kusumastuti menegaskan bahwa informasi tersebut adalah hoaks.

"Hoaks itu, beliau pakar di bidang komputer sains, jadi tidak membicarakan soal antibodi," ujar Yatri kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Menurutnya, informasi yang mencatut Sri Nurdiati dengan pola atau narasi yang sama juga sempat beredar di tahun sebelumnya.

Sementara itu, Sri Nurdiati sendiri juga telah memberikan klarifikasi terkait unggahan tersebut pada layanan informasi publik IPB

Ia menegaskan tidak pernah menulis terkait hasil diskusi 9 poin tentang antibodi tersebut.

Berikut bunyi klarifikasi dari Sri Nurdiati.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com