Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kasus Pembunuhan Mahasiswi di Jepang, Polisi Periksa 75.000 Saksi hingga Janjikan Hadiah Rp 1 Miliar

Kompas.com - Diperbarui 14/09/2021, 20:31 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Misteri kasus pembunuhan mahasiswi Jepang Junko Kobayashi 25 tahun lalu belum terpecahkan hingga kini. 

Bahkan setelah polisi memeriksa hingga 75.000 saksi dan mengumpulkan 1.100 petunjuk, pelaku pembunuhan perempuan 21 tahun itu belum tertangkap. 

Untuk mencari titik terang kasus pembunuhan itu, polisi menawarkan hadiah 3 juta yen untuk informasi yang mengarah pada penangkapan. Keluarga korban juga menawarkan 5 juta yen lagi, sehingga total hadiahnya 8 juta yen atau lebih dari Rp 1 miliar. 

Seperti apa kejadiannya? 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Misteri Hilangnya Kapal SS Waratah 27 Juli 1909

Kronologi pembunuhan Junko Kobayashi

Melansir Japan Today, 9 September 2021, Junko Kobayashi, seorang mahasiswa Universitas Sophia ditemukan tewas di tempat tinggalnya di Distrik Katsushika, Tokyo pada 9 September 1996.

Saat ditemukan, Junko tewas dalam kondisi diikat dan ditemukan sejumlah tusukan benda tajam di tubuhnya. Diduga untuk menghilangkan jejak, tempat tingga korban juga dibakar. 

Pembunuhan itu diyakini terjadi sekitar pukul 15.55 waktu setempat.

Petunjuk baru yang didapatkan kepolisian, di sekitar waktu pembunuhan ada saksi yang melihat seorang pria dengan jas hujan berwarna oker terlihat berdiri di luar rumah Kobayashi di tengah hujan tanpa payung, menatap ke lantai dua.

Mengutip Mainichi, 9 September 2021, menurut ayah korban, Kenji Kobayashi (75), masih ada petunjuk yang terkubur, sehingga dia masih terus meminta kasus tersebut dilanjutkan.

Di lingkungan Shibamata di Lingkungan Katsushika Tokyo, Junko ditemukan tewas di rumahnya, yang hancur oleh api.

Pelaku diperkirakan masuk tanpa izin ke rumahnya pada pukul 15.50 atau setelah ibu Junko meninggalkan rumah. Pelaku menikam leher Junko dengan pisau lalu rumah itu kemudian dibakar habis.

Baca juga: Setelah 51 Tahun, Pesan Pelaku Pembunuhan Berantai Zodiac di AS Terpecahkan

 

Petunjuk di lokasi kejadian

Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), di lokasi polisi menemukan petunjuk golongan darah A dengan DNA seorang pria, yang diduga milik pelaku. 

Informasi baru tentang orang yang berpotensi mencurigakan terkait dengan kasus tersebut dirilis pada Agustus tahun ini oleh markas investigasi Departemen Kepolisian Metropolitan yang didirikan di Kantor Polisi Kameari.

Perkembangan baru kasus tersebut terungkap setelah ayah korban mendekati seorang perempuan (46) yang berada di TKP. 

Perempuan itu ditemuinya pada Agustus 2020 saat Kenji tengah diwawancarai media massa.

Perempuan itu mengatakan dengan yakin tentang ingatannya dari 25 tahun sebelumnya. Dia mengatakan pada saat kejadian adalah hari istimewa bagi keluarganya, dan ingatannya jelas.

Seperti Junko, dia juga berusia 21 tahun saat itu.

Baca juga: Kisah Pria yang Dipenjara 20 Tahun atas Kasus Pembunuhan, Ternyata Polisi Salah Tangkap

Pria mencurigakan

Ilustrasi seorang pria yang mencurigakan berdasarkan informasi yang diajukan oleh seorang saksi di daerah tersebut tepat sebelum pembunuhan-pembakaran tahun 1996 terjadi terlihat dalam gambar ini yang disediakan oleh Departemen Kepolisian Metropolitan.mainichi.jp Ilustrasi seorang pria yang mencurigakan berdasarkan informasi yang diajukan oleh seorang saksi di daerah tersebut tepat sebelum pembunuhan-pembakaran tahun 1996 terjadi terlihat dalam gambar ini yang disediakan oleh Departemen Kepolisian Metropolitan.

Sekitar pukul 15.30, sesaat sebelum kejadian, saksi sedang mengendarai sepedanya ke rumah temannya ketika dia bertemu dengan orang yang mencurigakan di jalan, sekitar 15 meter dari tempat kejadian.

Pria itu kurus, memiliki mata terbalik dan mengenakan mantel oker besar. Dia tampak berusia 50-an atau 60-an, dan bertubuh kecil (sekitar 150 hingga 160 sentimeter).

Saksi menyebutkan, saat itu adalah hari musim gugur yang agak dingin, dan pria mencurigakan itu memiliki payung hitam terbuka untuk menutupinya.

Ketika perempuan itu kembali dari rumah temannya pada hari itu, dan melewati rumah Junko lagi, garis polisi sudah terpasang di sekitar tempat kejadian, dan petugas pemadam kebakaran mulai bekerja untuk memadamkan api. 

Pria mencurigakan yang dilihat wanita itu juga dilihat oleh saksi lain sekitar pukul 15.55, sekitar 25 menit setelah jangka waktu yang dia laporkan.

Baca juga: Teka-teki Kematian Akseyna, Mengapa Polisi Belum Juga Bisa Tangkap Sang Pembunuh?

 

Hadiah bagi yang memberikan informasi

Markas investigasi kepolisian sebelumnya perenah membuat ilustrasi seseorang yang mencurigakan dan merilisnya.

Namun saat saksi perempuan tersebut kali ini mengetahui pemberitaan tentang kejadian tersebut di tahun 2020, ia mampu mengaitkan ingatannya dengan kasus Junko untuk pertama kalinya.

Dia merasa harus mengatakan sesuatu, dan ketika dia pergi ke tempat kejadian, dia bertemu dengan ayah korban. 

Pada 2003 belum ada sistem hadiah uang tunai untuk informasi tentang kasus kriminal di Jepang. Saat itu Kenji berinisiatif untuk memberikan hadiah 5 juta yen kepada siapa saja yang dapat memberikan informasi.

"Sebuah gambaran tentang seperti apa tersangka bahkan belum muncul. Sebagai orang tua yang kehilangan putrinya, ini adalah hal terakhir yang bisa saya lakukan," ujar Kenji.

Empat tahun kemudian, Badan Kepolisian Nasional Jepang memperkenalkan Sistem Hadiah Uang Tunai Khusus Investigasi, yang pada prinsipnya menggunakan dana publik untuk memberikan hingga 3 juta yen.

Hal itu salah satunya dengan harapan ada titik terang dari kasus pembunuhan mahasiswi Jepang yang masih menjadi misteri selama 25 tahun ini. 

Baca juga: 7 Rekomendasi Drama Korea Bertema Kriminal dan Misteri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com