Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Vaksin Johnson & Johnson Hanya Perlu Satu Kali Suntikan

Kompas.com - 12/09/2021, 13:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ragam vaksin Covid-19 yang digunakan untuk program vaksinasi di Indonesia kini bertambah dengan kehadiran vaksin Johnson & Johnson.

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (11/9/2021) sebanyak 500.000 dosis vaksin Covid-19 Johnson & Johnson atau Janssen dalam bentuk jadi telah tiba di Bandara Soekarno-Hatta.

Sebanyak 500.000 dosis vaksin Janssen itu merupakan pasokan pertama dari bagian kerja sama dengan Belanda.

Baca juga: 500.000 Dosis Vaksin Johnson & Johnson Tiba di Indonesia, Ditujukan untuk Siapa?

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksin Johnson & Johnson akan diperuntukkan bagi masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas.

"Iya. Ditujukan untuk masyarakat umum usia 18 tahun ke atas," kata Nadia.

Berbeda dengan vaksin Covid-19 lain yang harus diberikan melalui dua kali penyuntikan, vaksin Janssen merupakan vaksin tunggal atau hanya butuh sekali suntikan saja.

Dosis tunggal sebanyak 0,5 ml vaksin Janssen diberikan melalui suntikan intramuscular.

Baca juga: 3 Juta Vaksin Moderna Tiba di Indonesia, Ditujukan untuk Siapa?

Hanya satu kali suntikan

Ilustrasi vaksin Covid-19, uji vaksin Covid-19 pada varian virus corona Afrika Selatan. Novovax dan Johnson & Johnson ujikan vaksin virus corona pada varian baru virus corona Afrika Selatan, hasilnya efikasi vaksin kurang efektif.SHUTTERSTOCK/PalSand Ilustrasi vaksin Covid-19, uji vaksin Covid-19 pada varian virus corona Afrika Selatan. Novovax dan Johnson & Johnson ujikan vaksin virus corona pada varian baru virus corona Afrika Selatan, hasilnya efikasi vaksin kurang efektif.

Vaksin Johnson & Johnson dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies.

Vaksin ini menggunakan platform non-replicating viral vector atau menggunakan vektor adenovirus.

Dokter patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto, memberikan penjelasan tentang alasan vaksin Janssen hanya perlu satu kali suntikan.

Penjelasan itu ia unggah di laman Facebook pribadinya pada Jumat (10/9/2021).

Kompas.com telah mendapatkan izin dari Tonang pada Minggu (12/9/2021) untuk mengutip unggahan tersebut.

Baca juga: Kenapa Penyintas Covid-19 Tetap Perlu Divaksin? Ini Penjelasan WHO

Tonang menjelaskan, vaksin Janssen menggunakan metode viral vector.

Metode itu sama dengan yang digunakan pada vaksin Cansino, AstraZeneca, dan Sputnik.

Seperti diketahui, vaksin AstraZeneca dan Sputnik diberikan lewat dua kali penyuntikan. Namun, vaksin Janssen dan Cansino hanya butuh satu kali penyuntikan saja.

Baca juga: Update Corona Dunia 12 September: China Laporkan 25 Kasus Baru | Denmark Cabut Semua Pembatasan Terkait Covid-19

Ia mengatakan, lebih spesifik lagi, keempat vaksin tersebut termasuk dalam viral vector dengan tipe non replicating. Maka seharusnya tidak cukup bila hanya satu kali pemberian.

"Virus vectornya sendiri, sudah dihilangkan kemampuan replikasinya, sehingga sekali dimasukkan, segera ditangkap sel imun bawaan tanpa ada aktivitas lagi," jelas Tonang.

"Virus vector tersebut tidak bisa berkembang biak dalam tubuh manusia penerima vaksin. Maka pemberiannya minimal 2 kali, bisa lebih," ujar dia.

Baca juga: Saat WHO Pantau Varian Virus Corona Baru Bernama Mu...

Berbeda jenis adenovirus

Gedung Johnson & Johnson di Irvine, California, AS. Gambar diambil pada 24 Januari 2017.Mike Blake/REUTERS Gedung Johnson & Johnson di Irvine, California, AS. Gambar diambil pada 24 Januari 2017.

Tonang menjelaskan, alasan vaksin Johnson & Johnson dan Cansino hanya butuh satu kali suntikan adalah karena kedua vaksin tersebut memiliki adenovirus yang berbeda dengan dua vaksin lainnya.

Ia mengatakan, pada vaksin Janssen dan Cansino, virus vectornya adalah adenovirus yang biasa menginfeksi pada manusia, tapi ringan.

Ketika menjadi vector, maka tubuh membentuk antibodi terhadap vaksin virus Covid-19 yang dititipkan, maupun terhadap virus vector yang membawanya.

Kalau nanti diberikan lagi vaksin yang sama, maka virus vector tersebut akan "ditangkap" oleh antibodi yang sudah terbentuk.

"Maka virus vector tidak bisa menjalankan tugasnya membawa vaksin Covid-19. Itulah mengapa ada beda, pada Janssen dan Cansino hanya diberikan sebagai dosis tunggal," kata Tonang.

Baca juga: Studi: Orang Tak Divaksinasi 11 Kali Lebih Mungkin Meninggal akibat Covid-19

Bagaimana dengan vaksin viral vector lain?

Pada vaksin AstraZeneca, yang digunakan adalah adenovirus yang biasanya menginfeksi simpanse.

Setelah disuntikkan, tubuh manusia membentuk antibodi terhadap vaksin Covid-19 yang dibawa, tapi tidak banyak bereaksi terhadap virus vectornya.

Sedangkan vaksin Sputnik sebenarnya sama dengan vaksin Janssen dan Cansino, yakni menggunakan adenovirus yang biasa menginfeksi manusia.

Namun, vaksin Sputnik sengaja dibuat dua versi. Strain virus vector pada dosis kedua sengaja dibedakan dengan dosis pertama.

Maka diharapkan, virus vectornya tidak ditangkap antibodi yang sudah terbentuk pada tubuh penerima vaksin.

Baca juga: Studi: Vaksin Penuh Dapat Mengurangi Gejala Long Covid-19

Efikasi vaksin Johnson & Johnson

Ilustrasi vaksin Covid-19 Janssen yang diproduksi Johnson & Johnson. Vaksin dosis tunggal ini dapat izin penggunaan darurat WHO.SHUTTERSTOCK/Carlos l Vives Ilustrasi vaksin Covid-19 Janssen yang diproduksi Johnson & Johnson. Vaksin dosis tunggal ini dapat izin penggunaan darurat WHO.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 Johnson & Johnson pada 7 September 2021.

Selain mengeluarkan izin untuk vaksin Janssen, BPOM juga menerbitkan izin untuk Cansino.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (10/9/2021) Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, penerbitan izin kedua vaksin tersebut telah melalui pengkajian yang intensif terhadap keamanan, khasiat, dan juga mutunya.

"Kami melibatkan para pakar di bidang farmakologi, imunologi, klinisi, apoteker, epidemiologi, virologi, dan biomedik yang tergabung dalam tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19, ITAGI, serta asosiasi klinisi terkait,” kata Penny.

Baca juga: Penjelasan Eijkman soal Varian Corona Mu yang Disebutkan Lebih Ganas dari Delta

Berdasarkan data interim studi klinik fase 3 pada 28 hari setelah pelaksanaan vaksinasi, efikasi vaksin Johnson & Johnson untuk mencegah keseluruhan gejala Covid-19 adalah 67,2 persen.

Kemudian, efikasi untuk mencegah gejala Covid-19 sedang hingga berat pada subjek di atas 18 tahun yakni 66,1 persen.

Vaksin Janssen disimpan pada suhu 2-8 derajat celsius atau dapat juga disimpan pada suhu minus 20 derajat celsius.

Baca juga: Virus Corona Varian Mu Termasuk Variant of Interest, Apa Bedanya dengan Varian of Concern seperti Delta?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Efektivitas Vaksin Covid-19 Tangkal Varian Alpha hingga Delta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com