KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini menetapkan strain virus corona baru bernama Mu, sebagai varian of interest (VoI).
Mengutip Guardian, Rabu (1/9/2021), varian Mu atau B.1.621 pertama kali diidentifikasi di Kolombia pada Januari 2021, dan dilaporkan di beberapa bagian Amerika Selatan.
Di luar Amerika Selatan, kasusnya juga dilaporkan di Inggris, Eropa, AS, dan Hong Kong.
Baca juga: Saat WHO Pantau Varian Virus Corona Baru Bernama Mu...
Dalam buletin mingguan WHO perihal pandemi menyebutkan, varian tersebut memiliki kemampuan yang menunjukkan dirinya bisa lebih tahan terhadap vaksin, seperti halnya varian Beta.
Kendati demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memeriksa varian Mu.
Sementara itu, mengutip pemberitaan France24, Rabu (1/9/2021), ada kekhawatiran yang meluas atas munculnya mutasi virus baru tersebut.
Hal ini disebabkan karena tingkat infeksi kembali meningkat secara global, terlebih dengan adanya varian Delta yang mudah menular.
Baca juga: Mengenal Varian Delta Plus yang Mulai Terdeteksi di Indonesia
Lantas, benarkah varian Mu lebih berbahaya daripada varian Delta?
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio menjelaskan, varian baru SARS-CoV-2 Mu atau B.1.621 tak lebih ganas daripada varian Delta.
Terlebih menurut WHO, varian Mu masuk dalam kategori varian of interest (VoI), sedangkan varian Delta masuk kategori varian of concern (VoC).
"Dari pengelompokannya saja kita sudah bisa melihat bahwa varian Delta itu masuk kelompoknya VoC, sedangkan Mu masuknya VoL. Jadi dari situ saja sudah kelihatan bahwa varian Delta membutuhkan perhatian yang lebih besar dari varian Mu," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (9/9/2021) malam.
Baca juga: 7 Bantuan yang Digelontorkan Selama Pandemi Covid-19
Suatu varian, dikategorikan sebagai VoC apabila telah menimbulkan permasaahan di public health atau kesehatan masyarakat.
Sementara varian corona dikategorikan VoL apabila memiliki salah satu dari empat sifat tetapi belum menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Keempat sifat itu adalah seperti lebih cepat menular, sulit didiagnosis.
"Serta gejalanya berbeda dan tidak sensitif lagi terhadap antibodi," katanya lagi.
Baca juga: Daftar Bantuan dari Pemerintah Selama PPKM dan Cara Mengeceknya
Saat disinggung terkait keberadaan varian Mu di Indonesia, Prof Amin memastikan bahwa varian Mu belum terkonfirmasi ada di Indonesia.
Sejauh ini, varian yang mendominasi adalah Delta.
"Kalau Delta memang sudah mendominasi di Indonesia, sekitar 90 persen dari virus yang diisolasi dalam dua bulan ke belakang," kata Amin.
Baca juga: Dilarang Bawa Gawai, Bagaimana Tunjukkan Sertifikat Vaksin Saat SKD CPNS 2021?
Lebih lanjut, dalam upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19, pihaknya mengimbau masyarakat agar tidak perlu mempermasalahkan varian-varian yang ada.
Yang terpenting menurutnya yakni protokol kesehatan.
"Jadi apa yang harus dilakukan adalah kewaspadaan universal, prokesnya sama, tetap 6M, kemudian 3T-nya juga sama, dan vaksinnya juga masih sama," imbuh dia.
Sebelumnya, Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap virus corona varian Mu atau B.1.621.
Menurutnya, belum dapat dipastikan apakah varian tersebut lebih ganas dibandingkan varian Delta atau tidak resisten terhadap kekebalan tubuh atau tidak.
"Indikasi karakteristik Mu seperti lebih ganas dibanding Delta atau dapat menghindari kekebalan tubuh masih merupakan perkiraan dan masih terus diteliti lebih dalam," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (7/9/2021).
Senada dengan Prof Amin, Wiku menegaskan, berdasarkan hasil whole genome sequencing (WGS) atau pemeriksaan penyebaran mutasi virus, hingga saat ini belum ditemukan adanya varian Mu di Tana Air.
"Data whole genome sequencing per 6 September 2021 menyebutkan bahwa varian ini tidak ditemukan di Indonesia," ucap Wiku.
Kendati demikian, pemerintah berupaya mencegah masuknya varian Mu salah satunya dengan memperketat persyaratan perjalanan internasional.
Baca juga: PeduliLindungi Akan Dipakai di Tempat Ibadah, Ini Cara Pakainya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.