ANGIN merupakan unsur alam yang terjadi akibat perbedaan tekanan udara di alam terbuka mau pun di dalam tubuh manusia.
Berdasar iklimologi, angin bertiup akibat perbedaan horizontal dan vertikal pada tekanan atmosfer maka distribusi angin melekat pada perbedaan tekanan tersebut.
Di dekat permukaan bumi, lazimnya angin bergerak di kawasan dengan relativitas tekanan udara tinggi dan rendah dalam bentuk siklon dan antisiklon yang bergerak berlawanan dengan arah gerak jam di hemisfer utara namun sesuai arah gerak jam di hemisfer selatan.
Lazimnya sistem angin berotasi di sekitar pusat hingga ke arah yang berlawanan. Di kawasan troposfer tengah dan atas, angin berperangai beda lagi.
Dalam skala lebih kecil tampil apa yang disebut sebagai angin lokal terkait lokasi geografis mau pun fitur topografik misalnya angin sepoi-sepoi, badai-topan, puting-beliung, angin malam, angin gunung, angin lembah, angin mamiri, angin monsun, katabalik atau chinook.
Ketika menjelajah Tembok Besar China pada bulan Desember, saya merasakan betapa dahsyat terpaan angin gurun.
Nelayan paling cemas menghadapi angin topan namun juga cemas apabila mendadak tidak ada angin bertiup.
Tidak ada angin tidak ada layang-layang dan alat musik tiup. Angin membentuk peradaban sebab jalur rempah terbentuk akibat pengaruh angin monsun.
Berkat sinar matahari mempengaruhi tekanan udara maka kecepatan gerak dan daya angin lazimnya paling kuat pada siang ketimbang malam hari. Meski kekecualian alam tetap eksis.
Kini kita semua sudah sadar bahwa angin bisa berperan sebagai sumber energi yang siap didayagunakan oleh umat manusia seperti sinar matahari, air, batubara atau minyak bumi.
Hanya beda bahwa batubara dan minyak bumi memiliki keterbatasan sediaan maka angin, matahari, air senantiasa siap-siaga mempersembahkan energi selama alam semesta belum kiamat.
Sebab telanjur kaprah take for granted maka manusia termasuk saya kerap lupa bahwa angin juga internal hadir di dalam tubuh mahluk hidup termasuk manusia.
Bahkan secara flatulogis angin berperan vital dalam menjaga keseimbangan udara di dalam tubuh manusia dan satwa.
Saya menderita sakit perut dan lambung cukup parah apabila tidak bisa kentut.
Secara biologis bersendawa penting untuk kesehatan meski secara sosial kerap dianggap bukan perilaku sopan pada saat tertentu. Di hadapan calon mertua sebaiknya jangan kentut atau bersendawa.