Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPDATE Corona 1 September: Kasus Aktif Indonesia Turun di Bawah 200.000 | Peneliti Brasil Temukan Cara Hambat Virus Corona

Kompas.com - 01/09/2021, 07:45 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Singapura alami lonjakan kasus Covid-19

Singapura melaporkan lonjakan kasus Covid-19, dengan mencatat 156 infeksi yang ditularkan secara lokal pada Selasa (31/8/2021), yang tertinggi dalam lebih dari satu bulan terakhir.

Menurut Kementerian Kesehatan Singapura sebagaimana diberitakan CNA, Selasa (31/8/2021), sebanyak 48 infeksi baru terkait dengan kasus sebelumnya dan telah ditempatkan di karantina.

Sedangkan 29 infeksi lainnya terdeteksi melalui pengujian pengawasan.

Di antara infeksi baru, dua kasus di atas usia 70 tahun yang tidak divaksinasi atau divaksinasi sebagian, dan berisiko sakit serius.

Infeksi baru Covid-19 pada Selasa, merupakan jumlah harian tertinggi dari kasus penularan lokal sejak 22 Juli lalu, ketika Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan 162 infeksi.

Baca juga: Siap Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Singapura Lakukan 7 Hal Ini

Peneliti Brasil temukan cara hambat virus corona

Para peneliti Brasil telah menemukan bahwa molekul dalam racun sejenis ular dapat menghambat reproduksi virus corona dalam sel monyet.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Molecules pada bulan ini menemukan bahwa molekul yang dihasilkan oleh ular beludak jararacussu menghambat kemampuan virus untuk berkembang biak dalam sel monyet hingga 75 persen.

"Kami mampu menunjukkan komponen racun ular ini mampu menghambat protein yang sangat penting dari virus," kata Rafael Guido, profesor Universitas Sao Paulo dan penulis studi tersebut dikutip dari Reuters, Rabu (1/9/2021).

Molekulnya adalah peptida, atau rantai asam amino, yang dapat terhubung ke enzim virus corona yang disebut PLPro, yang sangat penting untuk reproduksi virus, tanpa melukai sel lain.

Guido mengatakan, sudah dikenal karena kualitas antibakterinya, peptida dapat disintesis di laboratorium. Kendati demikian, orang-orang tidak perlu melakukan penangkapan atau pemeliharaan ular tersebut.

"Kami waspada terhadap orang-orang yang pergi berburu jararacussu di sekitar Brasil, mengira mereka akan menyelamatkan dunia... Bukan itu!" kata Giuseppe Puorto, seorang herpetologis yang menjalankan koleksi biologis Institut Butantan di Sao Paulo.

Baca juga: Aneh, Salju Turun di Negara Tropis Brasil hingga Jalan-jalan Membeku

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com