Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Tren "Lying Flat" atau "Tang Ping" di Kalangan Anak Muda China

Kompas.com - 05/08/2021, 19:02 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kelompok usia muda di China mulai menggandrungi tren "lying flat" atau "tang ping"

Tang ping adalah perubahan gaya hidup yang digambarkan sebagai penangkal tekanan pekerjaan dan jam kerja yang panjang.

Anak-anak muda rela keluar dari pekerjaan bergaji tinggi dan jam kerja ketat, demi menikmati hidup yang lebih santai.

Tak hanya itu saja, gerakan tang ping juga menjadi wujud protes atas kelayakan upah dan ekspresi pesimis para kaum muda atas keberhasilan karir mereka.

Akan tetapi, tren tang ping menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Pemerintah China.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, China Tutup Sejumlah Kota dan Lakukan Tes Besar-besaran

Istilah tang ping

Diberitakan BBC, istilah "tang ping" diyakini berasal dari sebuah unggahan di situs media sosial yang populer di China.

Misalnya Sina Weibo, situs microblogging yang sering dipakai anak muda di China. Kata tang ping pun menjadi istilah tersebut segera menjadi kata kunci populer.

Gagasan di balik tang ping adalah tidak terlalu banyak bekerja, puas dengan pencapaian yang lebih mungkin dicapai, dan memberikan waktu untuk bersantai.

Tren tang ping pun digemari anak muda dan banyak meme terkait topik ini.

Situs berita Sixth Tone melaporkan bahwa grup Douban, grup khusus "tang ping" telah ditarik dari 6.000 anggotanya.

Grup Douban telah dihapus dan pencarian untuk tagar #TangPing telah dilarang di Sina Weibo.

Ini adalah sensor sekaligus upaya untuk mencegah orang-orang mengikuti tren tang ping.

Upah stagnan dan kompetitif

Tren semacam ini muncul mengingat meningkatnya tekanan yang diberikan pada warga negara muda di China.

Pada generasi sebelumnya, karier sukses di China digambarkan ketika seseorang bekerja keras, menikah dan memiliki anak.

Akan tetapi, karyawan dituntut untuk bekerja dengan jam ketat, sementara harga rumah terlampau mahal dibandingkan upah mereka.

Kaum muda di China tak ingin seperti generasi itu.

Baca juga: Update Corona 5 Agustus: Klaster Olimpiade Tokyo 2020 hingga Pembatasan di China

Pada akhirnya, menurut para pengamat, tang ping menjadi cerminan atas kekecewaan kelas menengah China, yang dihadapkan dengan upah stagnan di kota-kota yang semakin mahal dan kompetitif.

"Orang-orang menyadari tidak ada mobilitas ke atas. Ini adalah penerimaan negatif: Hidup saya seperti ini. Akan selalu seperti ini," kata Yicheng Wang, seorang mahasiswa PhD ilmu politik di Universitas Boston yang mempelajari propaganda dan wacana populer, mengutip Washington Post

Semakin populer tang ping, semakin menimbulkan kekhawatirkan dari otoritas.

Tak hanya menghapus grup di media sosial, tang ping juga diberitakan negatif oleh media yang berafiliasi dengan pemerintah China.

Surat kabar Guangzhou yang didukung pemerintah, Nanfang Daily, menyebut filosofi tang ping "memalukan".

Global Times yang dikelola pemerintah, menggambarkan "lying flat" bukanlah filosofi yang serius.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com