Minimnya dampak kerusakan di Tojo Una Una ini diduga disebabkan oleh karakteristik kondisi batuan di wilayah tersebut yang keras sehingga terjadi peredaman (de-amplifikasi) guncangan gempa
Dari hasil pemodelan menunjukkan gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Hingga Selasa (27/7/2021) pagi, lanjut Daryono, BMKG mencatat sebanyak 36 kali gempa susulan dengan magnitudo kurang dari 5,0.
Jika gempa magnitudo 6,3 tadi malam pukul 19.09 WIB diasumsikan sebagai gempa utama (mainshock) dan gempa magnitudo 5,8 kemarin siang pukul 10.52 WIB merupakan gempa pembuka (foreshock), dan rentetan gempa hingga pagi ini merupakan gempa susulan (aftershocks), maka gempa Tojo Una-Una ini memiliki tipe Foreshock-Mainshock-Aftershocks.
“Jika memperhatikan peta sebaran aktivitas gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) di wilayah Sulawesi, tampak bahwa zona gempa di Tojo Una-Una ini aktivitas gempa dangkalnya cukup aktif,” papar Daryono.
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Banten, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami
Daryono memaparkan, di sekitar pusat gempa Tojo Una-Una bermagnitudo 6,3 yang terjadi, sejarah mencatat pada masa lalu telah terjadi lebih dari 7 kali gempa kuat, seperti
“Ditambah gempa terbaru saat ini (dengan kekuatan) 6,3 magnitudo, maka jumlah gempa kuat yang pernah terjadi menjadi sebanyak 8 kali,” jelas Daryono.
Jika memperhatikan peta tektonik, rentetan catatan sejarah gempa kuat ini tampak berada pada jalur Sesar Balantak yang berarah barat timur.
Namun perlu dikaji lebih mendalam untuk memastikan pembangkit gempa Tojo Una-Una.
Daryono mengimbau masyarakat agar tetap tenang tapi tetap waspada.
“(Jangan) mempercayai berita bohong terkait dugaan dan prediksi bencana dari pihak-pihak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tegas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.