Ia menjelaskan, saat memasuki musim kemarau, udara di malam hari akan terasa sangat dingin dikarenakan bumi melepaskan sebagian besar energi panas yang diserapnya di siang hari.
"Yang membedakan adalah, saat musim kemarau umumnya cuaca cerah, langit bersih dari awan," ujar Supari.
"Hal ini menyebabkan energi yang dilepaskan oleh bumi di malam hari dapat lepas ke atmofer bebas, tanpa terhalang awan," lanjut dia.
Adapun proses melepas energi oleh bumi di malam hari adalah fenomena reguler yang terjadi tiap hari.
Hanya saja, jika langit sedang banyak awan, energi yang dilepaskan ini terperangkap, dan akibatnya suhu permukaan bumi terasa lebih hangat atau tidak mengalami bediding.
Baca juga: Ramai soal Suhu Dingin di Sejumlah Daerah, Kapan Akan Berakhir?
Supari menambahkan, bediding akan terjadi sepanjang musim kemarai, dan akan terasa lebih dingin ketika puncak kemarau saat kondisi langit benar-benar cerah dalam waktu yang lama (pembentukan awan sangat minim).
"Untuk puncak musim kemarau mungkin tidak spesifik jatuh pada tanggal, apalagi musim di Indonesia kan tidak seragam. Tapi secara umum September biasanya mengalami curah hujan paling rendah," ujar Supari.