Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Sejumlah Daerah Terasa Dingin? Ini Penjelasan BMKG dan Lapan

Kompas.com - 06/07/2021, 14:20 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kata "dingin" menjadi salah satu trending topik Twitter Selasa (6/7/2021) pagi.

Hingga Selasa pukul 11.00 setidaknya ada 27.500 Twit tentang dingin.

Banyak dari warganet yang mengunggah tangkapan layar suhu udara di daerahnya masing-masing.

Suhunya bervariasi, mulai dari 12 derajat celcius, hingga 20 derajat celcius.

Baca juga: Kenapa Jakarta dan Depok Terasa Dingin? Ini Penjelasan BMKG

Benarkah sejumlah daerah di Indonesia menjadi lebih dingin, apa yang menyebabkan suhu dingin?

Penjelasan BMKG

Kepala Bidang prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin, menjelaskan saat ini posisi matahari sedang berada di titik semu terjauh di belahan bumi utara (BBU).

"Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di BBU sedang musim panas, sedangkan di wilayah selatan (BBS) sedang musim dingin, dalam hal di wilayah benua Australia," ujarnya pada Kompas.com, Selasa (6/7/2021).

Baca juga: Fenomena Aphelion 6 Juli 2021 dan Penjelasan Lapan soal Suhu Dingin...

 

Tangkapan layar suhu dingin ramai diperbincangkan di TwitterTwitter Tangkapan layar suhu dingin ramai diperbincangkan di Twitter

Miming mengatakan, angin selama periode saat ini masih dominan timuran, di mana pada skala yang luas angin monsun Australia yang bertiup dari arah benua Australia bergerak ke utara melewati wilayah ekuatorial Indonesia, dengan kondisi udara yang relatif dingin.

"Kondisi pada kondisi malam-dini hari umumnya minim dan cuaca umumnya cerah sehingga dapat memaksimalkan pelepasanan panas permukaan bumi ke atmosfer pada malam menjelang pagi hari," tuturnya.

Dia mengungkapkan kondisi itulah yang berdampak pada penurunan suhu minimum cukup signifikan, terutama pada dini hari menjelang pagi.

Baca juga: Kota Bandung Dingin 5 Hari Terakhir, Begini Penjelasan BMKG

Penjelasan Lapan

Sementara itu, peneliti di Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Andi Pangerang menyebut, suhu dingin itu akan terjadi hingga bulan Agustus mendatang.

"Suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini dan nanti sampai dengan Agustus merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau," kata Andi pada Kompas.com, Selasa (6/7/2021).

Dikutip dari laman Edukasi Sains Antariksa Lapan, suhu dingin yang belakangan ini dirasakan terjadi pada pagi hari merupakan hal yang lumrah terjadi di musim kemarau.

Pada siang hari, permukaan Bumi menyerap cahaya Matahari dan melepaskan panas yang diserap itu pada malam harinya.

Semestinya, panas itu akan kembali dipantulkan ke permukaan Bumi oleh awan yang ada di atmosfer pada keesokan harinya.

Namun, di musim kemarau, tidak ada banyak awan yang menutup atmosfer, sehingga tidak ada panas yang kembali dipantulkan ke permukaan Bumi.

Selain diakibatkan musim kemarau dan tidak adanya awan di atmosfer, suhu dingin yang saat ini terjadi juga disebabkan oleh posisi Matahari yang sedang ada di belahan Bumi bagian utara.

Hal itu menyebabkan belahan Bumi utara memiliki tekanan udara yang lebih rendah, alhasil udara pun bergerak dari selatan menuju utara.

Udara dari selatan membawa suhu dingin, mengingat Australia saat ini tengah ada di musim dingin.

Indonesia, khususnya Pulau Jawa, Bali, dan wilayah Nusa Tenggara akan dilewati oleh angin bersuhu rendah dari Australia ini, itu lah mengapa suhu dingin terjadi.

Baca juga: 5 Cara Menjaga Kamar Tidur Tetap Hangat Saat Cuaca Dingin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com