KOMPAS.com - Hubungan antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerindra belakangan ini terlihat "mesra".
Mencairnya hubungan kedua partai itu mulai terlihat ketika Prabowo Subianto bergabung dalam koalisi pemerintah.
Partai Gerindra bahkan mendapat dua kursi menteri, yaitu Menteri Pertahanan dan Menteri Kelautan dan Perikanan.
Baca juga: Momen Kedekatan Prabowo dan Megawati Saat Resmikan Patung Bung Karno
Kedekatan kedua partai itu seakan ditegaskan pada momen peresmian patung Bung Karno di Lapangan Bela Negara Kementerian Pertahanan, Minggu (6/6/2021).
Peresmian tersebut dihadiri oleh Prabowo dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Terima kasih dan penghormatan secara khusus pada Bapak Prabowo, Menteri Pertahanan Republik Indonesia atas peresmian patung Bung Karno ini. Kebetulan peresmian patung Bung Karno bertepatan pada peringatan kelahiran Beliau ke-120 tahun. Jadi sungguh menurut kami keluarga sangat istimewa," kata Mega, yang merupakan putri Soekarno.
Apa yang bisa dimaknai dari kedekatan kedua parpol ini?
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai peluang bersatunya PDI-P dan Partai Gerindra sangat tinggi.
"Apalagi mereka beberapa kali pernah bersama dalam pemilu, walaupun hasilnya kalah terus. Ini makanya PDI-P dan Gerindra bisa saja bersatu lagi di 2024" kata Hendri saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/6/2021).
Menurut Hendri, lawan pertama yang harus mereka lawan jika benar-benar bersatu adalah sejarah.
Baca juga: Prabowo Kisahkan Sejarah Bung Karno: Beliau Belajar 3 Hari Naik Kuda
Oleh karena itu, kedua partai harus memiliki strategi yang baik dan menggunakan sejarah kekalahan masa lalu sebagai base line strategi.
Jika selama ini PDI-P selalu mencalonkan presiden, Hendri menilai, strategi itu tampaknya akan berubah.
"Selama ini PDI-P yang nomor 1, nampaknya sekarang PDI-P akan rela ditempatkan sebagai wakil," ujar kata Hendri.
Dengan perubahan strategi itu, bisa jadi duet PDI-P dan Gerindra akan memetik kemenangan untuk pertama kalinya.
"Makanya kita lihat dengan strategi itu, mungkin berhasil. Tapi dengan catatan itu tadi, kalahkan sejarah yang pernah tercatat," kata Hendri.
Meski kedua partai pemilik suara terbanyak dalam Pemilu 2019 itu bersatu, Hendri menyebutkan, peluang untuk melawan kotak kosong belum ada.
Sebab, aturan pemilihan presiden dan wakil presiden saat ini minimal dua pasangan calon.
"Hingga saat ini, aturan kotak kosong, kotak tunggal belum ada. Kecuali ada amandemen kelima. Jadi klo untuk presiden dan wakil presiden memang pasti minimal dua pasang calon," kata Hendri.
Melihat perjalanan pemilihan presiden sebelumnya, Megawati maju dalam Pemilihan Presiden 2009 berpasangan dengan Prabowo Subianto. Keduanya kalah, karena kontestasi dimenangkan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Pada Pilpres 2014, PDI-P dan Gerindra tak berkoalisi, karena PDI-P mengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla, sementara Gerindra mencalonkan Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa.
Pilpres 2014 dimenangkan Jokowi-Jusuf Kalla.
Lima tahun kemudian, Pilpres 2019, Prabowo kembali mencalonkan diri dengan menggandeng Sandiaga Uno sebagai cawapres. Untuk kedua kalinya, Prabowo kalah dari Joko Widodo yang berpasangan dengan KH Maruf Amin.