Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Meredakan Heboh Bipang Ambawang

Kompas.com - 11/05/2021, 09:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam rangka menyambut Hari Bangga Produk Indonesia, Presiden Jokowi memaklumatkan sebuah pidato sebagai berikut:

"Untuk bapak ibu dan saudara-saudara yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasanya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, empek-empek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan dan lain-lainnya tinggal pesan, dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah."

Heboh

Masyarakat alam maya Indonesia sempat heboh sehingga terbelah menjadi bukan hanya dua namun berkeping-keping akibat pidato Presiden Jokowi menyebut Bipang Ambawang di masa bulan suci Ramadhan menjelang Lebaran.

Ada yang tidak peduli, ada yang peduli sambil mendukung, ada peduli sambil tidak mendukung namun ada pula yang menganggap anjuran membeli Bipang Ambawang di masa bulan suci Ramadhan tidak pada tempatnya.

Sebelum mengambil sikap sebaiknya kita perlu tahu apa sebenarnya yang disebut sebagai Bipang Ambawang.

Ternyata Bipang Ambawang adalan nama sebuah restauran khusus makanan babi panggang khas Suku Dayak, Kalimantan Barat.

Merek Bipang Ambawang didaftarkan sebagai merek pada 26 Agustus 2020. Nama pendaftar merek tersebut adalah Juniarto.

Memasak bipang menggunakan babi muda berusia 3-5 bulan. Cara memanggangnya secara tradisional di atas tungku arang.

Bipang Ambawang juga disajikan dengan sambal antuha sebagai sambal terasi khas Kalimantan Barat serta kit iu sebagai saos terbuat dari jeruk sambal dan gula pasir.

Bhineka Tunggal Ika

Andaikata Presiden Jokowi secara eksplisit menganjurkan kaum Muslimin dan Muslimah untuk memesan Bipang Ambawang lewat on line maka saya termasuk yang tidak mendukung pidato Presiden Jokowi bahkan menganggapnya sebagai kurang senonoh dimaklumatkan apalagi pada masa bulan suci Ramadhan umat Islam menunaikan ibadah puasa.

Namun berdasar pemberitaan dapat disimpulkan bahwa Presiden Jokowi memaklumatkan pidato bukan dalam keterkaitan dengan Lebaran namun terbatas pada menyambut Hari Bangga Produk Indonesia dengan menyebut nama-nama produk kuliner Nusantara yang memang Bhinneka Tunggal Ika dari Sabang sampai Merauke dengan beranekaragam suku, ras, etnis dan agama yang justru merupakan citra keanekaragaman kebudayaan Nusantara.

Sambil juga Presiden Jokowi tidak lupa mempromosikan teknologi daring untuk melakukan pembelian serta penjualan produk Indonesia termasuk kuliner sebagai bentuk peradaban baru yang ditimbulkan pagebluk Corona.

Saling memaafkan

Sebagai warga Indonesia yang bangga atas kemahakayarayaan keanekaragaman kebudayaan Nusantara maka saya sepenuhnya mendukung pidato Presiden Jokowi menyambut Hari Bangga Produk Indonesia.

Kebetulan saya penggemar sate babi dan babi panggang. Namun di sisi lain saya sepenuhnya dapat memahami serta memahfumi perasaan teman-teman yang beragama Islam sedang menunaikan ibadah puasa merasa kurang nyaman dengan pidato Presiden Jokowi dalam rangka menyambut Hari Bangga Produk Indonesia.

Karena pada bulan suci Ramadhan umat Islam mengajak umat manusia secara lahir batin saling maaf-memaafkan maka besar harapan saya bahwa umat Islam berkenan memaafkan apabila dalam pidato Hari Bangga Produk Indonesia, Presiden Jokowi telah melakukan kekeliruan bertutur kata.

Tak lupa saya pribadi juga mohon maaf lahir dan batin apabila dalam menulis naskah ini saya melakukan kekeliruan dalam memilih dan menggunakan susunan kata dalam menguntai kalimat akibat saya memang hanya seorang insan manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan maka niscaya kerap melakukan kekeliruan dalam menempuh perjalanan kehidupan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com