Mengutip arsip Harian Kompas, 28 Februari 1990, sejarah Hajar Aswad tidak bisa dilepaskan dari sejarah Ka'bah, kiblat umat Islam.
Ka'bah dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS.
Pada saat membangun Ka'bah, malaikat Jibril menyerahkan Hajar Aswad kepada Nabi Ibrahim AS untuk diletakkan di sudut Ka'bah.
Seiring berjalannya waktu, bangunan Ka'bah tidak luput dari musibah yang menimpa kota Mekkah.
Pada zaman Nabi Ibrahim AS, bangunan Ka'bah pernah diperbaiki oleh kabilah Amaliqah dan kabilah Jurhum. Qusai bin Kilab memberi atap Ka'bah dengan daun kurma.
Lihat postingan ini di Instagram
Kemudian, pada tahun ke-35 setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW terjadi banjir besar di kota Mekkah yang mengakibatkan dinding Ka'bah retak dan harus dipugar.
Pada saat pemugaran, Hajar Aswad dipindahkan sementara dari tempatnya semula berada.
Pemugaran Ka'bah dilakukan oleh kabilah-kabilah yang ada di Mekkah secara gotong-royong. Namun, setelah pemugaran selesai timbul masalah baru.
Kabilah-kabilah itu berdebat dan memperebutkan hak memperoleh kehormatan untuk meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya semula berada.
Perdebatan itu begitu sengit, namun Nabi Muhammad SAW, yang kala itu belum mendapat wahyu kenabian, berhasil menemukan solusi yang memuaskan semua pihak.
Dia mengusulkan agar Hajar Aswad diletakkan di atas kain lebar, kemudian masing-masing pimpinan kabilah yang ada di Mekkah memegang kain itu dan mengangkatnya menuju tempat Hajar Aswad semula berada.
Baca juga: Video Viral Ada Plastik di Dalam Cumi-cumi? Ini Kata Peneliti LIPI