Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Video Balita Dianiaya di Tangerang, Psikolog: Bisa Alami Trauma

Kompas.com - 17/03/2021, 19:27 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan seorang balita dipukul beberapa kali oleh pria dewasa yang duduk di dekatnya, viral di media sosial pada Selasa (16/3/2021).

Pada akhir video, terlihat pria dewasa melayangkan pukulannya hingga tubuh sang balita ambruk di atas kasur.

Melihat video viral tersebut, warganet pun mengecam adanya tindak kekerasan kepada balita laki-laki itu.

Baca juga: Video Viral Seorang Pria Aniaya Balita di Tangerang, Ini Respons KPAI

"Innalillahi, asli ya dada gua yg liat aja ngerasa ngilu. Kalo kelainan bisa ga si gausa bikin trauma orang lain, apalagi anak kecil gini a****. Ada juga lu bang yang g*****," tulis akun Twitter @GLucyfar.

"Ga habis pikir sama si pelaku astagfirullah anak kecil digituin semoga sang pelaku mendapat balasan yg setimpal dan adek nya segara pulih dan sehat kembali amin," tulis akun Twitter @prikigirl dalam twitnya.

Kata psikolog

Menanggapi kejadian itu, psikolog anak dan keluarga, Astrid WEN menyampaikan bahwa reaksi diam yang dimunculkan si balita merupakan respons pertahanan dirinya.

"Dalam hal ini, sang anak mengeluarkan reaksinya yakni diam. Ini reaksi refleks. Itu reaksi saat ada ancaman. Sebenarnya karena dia berusaha melindungi dirinya sendiri," ujar Astrid saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/3/2021).

Ia menambahkan, ada beberapa respons yang dikeluarkan seseorang ketika dirinya merasa terancam, yakni kabur atau lari, melawan dan diam.

"Balita ini diam saja bukan berarti pasrah, tapi untuk melindungi diri. Kalau dia enggak diam, dia bisa berada di situasi yang lebih berbahaya," lanjut dia.

Baca juga: Balita Dalam Video Penganiayaan Dipukul 25 Kali oleh Pemuda di Tangerang, Mengalami Luka dan Trauma

Selain itu, Astrid menjelaskan bahwa balita yang ada dalam video tidak menangis saat dipukul atau saat merasakan rasa sakit juga termasuk salah satu mekanisme pertahanan diri.

Terkait respons, Astrid juga menambahkan, balita belum dapat mengekspresikan rasa sakit atau hal lain secara lebih jelas.

Oleh karena itu, balita tersebut hanya diam dan menuruti apa yang dilakukan pria dewasa tersebut.

"Jadi, balita mengeluarkan mekanisme pertahanan diri itu dari sikapnya, karena menurut dia yang dalam usia balita itu tindakan diam adalah mekanisme pertahanan diri paling baik," ujar Astrid.

Dampak trauma jangka panjang

Meskipun terlihat di video balita tersebut tidak menangis, Astrid mengungkapkan bahwa ada dampak jangka panjang yakni mengalami trauma dan ketakutan berada di lingkungan yang tidak aman.

Sebab, seseorang yang merasa tidak aman dalam suatu lingkungan, tubuhnya akan merespons dengan waspada terus, terlebih jika kondisi ini dialami oleh balita.

Akibatnya, balita bisa menjadi mudah sakit, kemampuan otak untuk berkembang berpotensi menjadi terhambat dan tidak optimal, dan alami stres yang konstan.

Baca juga: Video Viral Pemuda Aniaya Balita di Tangerang, Korban Ternyata Keponakan Pacar Pelaku

Untuk jangka panjangnya ketika si balita tumbuh, kemampuan belajarnya menjadi terganggu, apalagi jika ia tidak terbebas dari lingkungan toksik atau tidak sehat.

"Kalau trauma, pasti ada, apalagi kalau dia semakin besar tidak mendapatkan figur orang dewasa yang baik yang mau memperhatikan dia dengan benar," ujar Astrid.

Menurutnya, jika anak berada dalam lingkungan tidak sehat, sebaiknya segera keluar.

Cara menghilangkan trauma korban kekerasan

Astrid menjelaskan, langkah pertama untuk meredakan trauma pada anak-anak yakni keluarkan si anak dalam lingkungan tidak sehat.

Selanjutnya, pindahkan anak tersebut dalam lingkungan yang aman dan tidak ada kekerasan pada anak.

"Lingkungan harus aman, karena lingkungan merupakan pengasuh yang baik. Kalau belum aman ya rehabiltasi seperti apapun tidak akan efektif bagi kesembuhan mental anak," ucap Astrid.

Tak hanya itu, untuk menangani anak korban kekerasan ini, pihak orang dewasa juga perlu memahami bagaimana pengasuhan anak yang baik.

"Orang dewasa perlu diberikan edukasi tentang trauma, karena keluarga yang baru ini perlu mengetahui anak dengan kondisi trauma seperti apa," lanjut dia.

Baca juga: Video Viral Detik-detik Pengendara Motor Nyaris Tertabrak Kereta di Nagreg, Ini Kata PT KAI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com