KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan seorang balita dipukul beberapa kali oleh pria dewasa yang duduk di dekatnya, viral di media sosial pada Selasa (16/3/2021).
Pada akhir video, terlihat pria dewasa melayangkan pukulannya hingga tubuh sang balita ambruk di atas kasur.
Melihat video viral tersebut, warganet pun mengecam adanya tindak kekerasan kepada balita laki-laki itu.
Baca juga: Video Viral Seorang Pria Aniaya Balita di Tangerang, Ini Respons KPAI
"Innalillahi, asli ya dada gua yg liat aja ngerasa ngilu. Kalo kelainan bisa ga si gausa bikin trauma orang lain, apalagi anak kecil gini a****. Ada juga lu bang yang g*****," tulis akun Twitter @GLucyfar.
Innalillahi, asli ya dada gua yg liat aja ngerasa ngilu. Kalo kelainan bisa ga si gausa bikin trauma orang lain, apalagi anak kecil gini anjir. Ada juga lu bang yang goblok
— Octaizin Akbar (@GLucyfar) March 16, 2021
"Ga habis pikir sama si pelaku astagfirullah anak kecil digituin semoga sang pelaku mendapat balasan yg setimpal dan adek nya segara pulih dan sehat kembali amin," tulis akun Twitter @prikigirl dalam twitnya.
ga habis pikir sama si pelaku astagfirullah anak kecil digituin semoga sang pelaku mendapat balasan yg setimpal dan adek nya segara pulih dan sehat kembali amin
— ??? (@prikigirll) March 16, 2021
Menanggapi kejadian itu, psikolog anak dan keluarga, Astrid WEN menyampaikan bahwa reaksi diam yang dimunculkan si balita merupakan respons pertahanan dirinya.
"Dalam hal ini, sang anak mengeluarkan reaksinya yakni diam. Ini reaksi refleks. Itu reaksi saat ada ancaman. Sebenarnya karena dia berusaha melindungi dirinya sendiri," ujar Astrid saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/3/2021).
Ia menambahkan, ada beberapa respons yang dikeluarkan seseorang ketika dirinya merasa terancam, yakni kabur atau lari, melawan dan diam.
"Balita ini diam saja bukan berarti pasrah, tapi untuk melindungi diri. Kalau dia enggak diam, dia bisa berada di situasi yang lebih berbahaya," lanjut dia.
Baca juga: Balita Dalam Video Penganiayaan Dipukul 25 Kali oleh Pemuda di Tangerang, Mengalami Luka dan Trauma
Selain itu, Astrid menjelaskan bahwa balita yang ada dalam video tidak menangis saat dipukul atau saat merasakan rasa sakit juga termasuk salah satu mekanisme pertahanan diri.
Terkait respons, Astrid juga menambahkan, balita belum dapat mengekspresikan rasa sakit atau hal lain secara lebih jelas.
Oleh karena itu, balita tersebut hanya diam dan menuruti apa yang dilakukan pria dewasa tersebut.
"Jadi, balita mengeluarkan mekanisme pertahanan diri itu dari sikapnya, karena menurut dia yang dalam usia balita itu tindakan diam adalah mekanisme pertahanan diri paling baik," ujar Astrid.
Meskipun terlihat di video balita tersebut tidak menangis, Astrid mengungkapkan bahwa ada dampak jangka panjang yakni mengalami trauma dan ketakutan berada di lingkungan yang tidak aman.
Sebab, seseorang yang merasa tidak aman dalam suatu lingkungan, tubuhnya akan merespons dengan waspada terus, terlebih jika kondisi ini dialami oleh balita.
Akibatnya, balita bisa menjadi mudah sakit, kemampuan otak untuk berkembang berpotensi menjadi terhambat dan tidak optimal, dan alami stres yang konstan.
Baca juga: Video Viral Pemuda Aniaya Balita di Tangerang, Korban Ternyata Keponakan Pacar Pelaku
Untuk jangka panjangnya ketika si balita tumbuh, kemampuan belajarnya menjadi terganggu, apalagi jika ia tidak terbebas dari lingkungan toksik atau tidak sehat.
"Kalau trauma, pasti ada, apalagi kalau dia semakin besar tidak mendapatkan figur orang dewasa yang baik yang mau memperhatikan dia dengan benar," ujar Astrid.
Menurutnya, jika anak berada dalam lingkungan tidak sehat, sebaiknya segera keluar.
Astrid menjelaskan, langkah pertama untuk meredakan trauma pada anak-anak yakni keluarkan si anak dalam lingkungan tidak sehat.
Selanjutnya, pindahkan anak tersebut dalam lingkungan yang aman dan tidak ada kekerasan pada anak.
"Lingkungan harus aman, karena lingkungan merupakan pengasuh yang baik. Kalau belum aman ya rehabiltasi seperti apapun tidak akan efektif bagi kesembuhan mental anak," ucap Astrid.
Tak hanya itu, untuk menangani anak korban kekerasan ini, pihak orang dewasa juga perlu memahami bagaimana pengasuhan anak yang baik.
"Orang dewasa perlu diberikan edukasi tentang trauma, karena keluarga yang baru ini perlu mengetahui anak dengan kondisi trauma seperti apa," lanjut dia.
Baca juga: Video Viral Detik-detik Pengendara Motor Nyaris Tertabrak Kereta di Nagreg, Ini Kata PT KAI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.