Dukungan ini terutama ditujukan pada negara yang masih melakukan tindakan diskrimatif terhadap kaum wanita, contohnya Arabi Saudi yang melarang kaum wanita mengendarai mobil.
Perusahaan penerbangan Royal Brunei Airlines (RBA) melakukan penerbangan dari Brunei ke Arab Saudi dengan semua awak pesawat udara beserta penumpangnya adalah wanita. Ini untuk membuktikan bahwa wanita dapat berbuat seperti yang dikerjakan oleh pria.
Sebelumnya, perusahaan penerbangan di Arab Saudi mempekerjakan wanita dari Filipina sebagai awak kabin. Setelah penerbangan RBA, Arab Saudi membuka kesempatan wanita sebagai penerbang. Salah satu siswa penerbang komerisal bernama Dalia Yashar, yang belajar di Akademi Penerbangan Oxford.
Di Uni Emirat Arab, banyak wanita menjadi penerbang. Pada 2016, Etihad Airways mengumumkan 50 persen karyawannya adalah wanita, lebih dari 50 penerbang komersial wanita, bahkan ada yang bertugas menyerang ISIS dengan menggunakan pesawat udara tempur F-16 buatan Amerika Serikat.
Ethiopian Airlines (EA), yang pernah mengalami kecelakaan setelah kecelakaan Lion Air di Indonesia beberapa waktu lalu, mengikuti jejak RBA dalam unjuk kemampuan wanita dalam penerbangan.
EA melakukan penerbangan dari Addis Ababa ke Bangkok, di mana seluruh awak penerbangan termasuk personel darat adalah wanita. EA mengetahui bahwa di Thailand wanita hanya terbatas menjadi awak kabin dengan gaji relatif cukup besar.
EA mengumumkan target wanita yang bekerja di bidang penerbangan adalah sepertiga dari seluruh karyawan yang dimiliki.
Perusahaan penerbangan di Thailand yang menggunakan penerbang wanita adalah Bangkok Airways (BA) dan Thai Air-Asia (TAA). Adapun Thai International Airways (TIA) masih didominasi oleh kaum pria walaupun sudah berumur 51 tahun.
Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan nasional juga memberi kesempatan luas kepada wanita untuk bekerja di bidang penerbangan atas dasar profesionalitas.
Hal ini dibuktikan dengan pelantikan Capt Ida Feqriah sebagai penerbang wanita pertama Garuda Indonesia setelah mengantongi 10.585 jam terbang menggunakan pesawat udara tipe Boeing 737 dan Airbus A330-200/300 (wide body aircraft).
Dalam kiprahnya melayani masyarakat serta mendukung program penyetaraan gender oleh UNESCO dan ICAO, Garuda Indonesia juga melakukan penerbangan khusus yang melibatkan perempuan.
Pada penerbangan spesial dalam rangka Hari Kartini dari Jakarta ke Yogyakarta, semua awak pesawat udara, personel darat maupun operasional dan manajemen terdiri dari wanita.
Penerbangan ini disertai pula oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembinse bersama dengan para pejabat Garuda Indonesia pada waktu itu.
Sekarang ini, pantas dicatat ada sebuah Boarding School Dwiwarna di kawasan Bogor, Jawa Barat, yang telah berhasil meluluskan dua calon penerbang wanita, yakni Restina Zakinah dan Yustisia Nurul Afia.
Restina Zakinah adalah putri pasangan keluarga Anita Ema Bwefar dan Lukmnan La Ali dari Kaimana, Papua Barat. Ini membuktikan bahwa tidak ada pesan diskriminasi dalam NKRI ini.