Adapun Yustisia Nurul Afia adalah putri keluarga pengusaha kerang di Cirebon, pasangan Siti Nurhandiah dan Jaima Taguba yang keturunan Filipina. Ini menandakan Indonesia tidak mengenal diskriminasi atas dasar keturunan. Semua adalah warga negara Indonesia tanpa aroma rasialis.
Setelah mengikuti pendidikan penerbangan di salah satu sekolah penerbangan di Indonesia, Yustisia menjadi wanita Indonesia yang bekerja sebagai penerbang Air Asia yang berkantor di Kuala Lumpur.
Dari catatan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesetaraan pria dan wanita dalam industri penerbangan pada tataran global, regional, maupun nasional telah meningkat untuk mendukung program yang diputuskan sidang umum ICAO.
Dampak secara langsung setelah unjuk kemampuan wanita yang dilakukan oleh Royal Brunei Airlines (RBA), Ethiopian Airlines (EA), dan Garuda Indoneia adalah Arab Saudi membuka kesempatan kepada wanita sebagai penerbang, yang semula awak kabin dilakukan oleh wanita dari Filipina.
Target separuh wanita bekerja di sektor penerbangan didukung sepenuhnya oleh organisasi internasional di lingkungan PBB, seperti UNESCO, UDHR, ICAO, IATA, dan Inter-Agency Network on Women and Gender Equality (IANWGE) sesuai dengan perkembangan Science, Technology, Engineering and Mathematic (STEM) yang menjadi acuan ICAO.
Prof Dr K Martono SH, LLM, McSc, CLA
Guru Besar Hukum Udara Universitas Tarumanagara
Kepala Program Studi S2 Magister Ilmu Hukum