Masyarakat menantikan edukasi melalui komunikasi yang mudah dipahami, sehingga mampu membedakan informasi yang sahih dan menepis hoaks tentang vaksin Covid-19.
Pada beberapa kesempatan, persepsi masyarakat tentang konsep vaksinasi perlu diluruskan. Misalnya terkait pengertian tentang efikasi vaksin.
Masyarakat sempat terkesan meremehkan hasil uji klinis vaksin Sinovac yang dilansir BPOM memiliki efikasi 65,3 persen dan membandingkannya dengan vaksin lain, seperti Pfizer atau Moderna.
Persyaratan WHO untuk efikasi vaksin Covid-19 adalah 50 persen, sehingga semestinya kita tidak perlu ragu lagi dengan vaksin Sinovac, jika bisa memahami bahwa efikasi 65 persen berarti setelah mendapat vaksin Sinovac, risiko terinfeksi berkurang 65 persen dibandingkan jika tidak divaksinasi.
Atau dengan kata lain, risiko terinfeksi Covid-19 pada orang yang sudah mendapat vaksin Sinovac menjadi 0,35 atau tiga kali lebih kecil dibandingkan mereka yang belum divaksin.
Seandainya masih terjadi infeksi selama masa kerja vaksin melindungi tubuh, maka reaksi atau gejala yang dialami akan jauh lebih ringan karena sudah terbentuk antibodi yang siap melawan virus.
Penjelasan dengan bahasa sederhana "risiko terinfeksi menjadi tiga kali lebih kecil, dengan gejala jauh lebih ringan jika terinfeksi setelah divaksin" akan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Sehingga selain lebih tertarik mengikut vaksinasi, sekaligus mereka akan paham bahwa masih tetap perlu menaati protokol 3M.
Saat ini sudah diketahui siapa saja yang dinyatakan aman menjadi penerima vaksin, bagaimana cara pemberiannya, apa saja langkah yang harus dilakukan agar bisa mendapatkan vaksin, termasuk kemungkinan kejadian ikutan dan hal-hal apa yang tetap wajib dipatuhi setelah dosis vaksin lengkap dua kali.
Hal-hal inilah yang sering ditanyakan, dan tenaga kesehatan telah memiliki dasar keilmuan untuk memberikan jawaban dengan interpretasi yang tepat. Semakin minim miskonsepsi, diharapkan makin mudah masyarakat mengerti tujuan vaksinasi dan bersedia berpartisipasi.
Sekarang hingga beberapa bulan ke depan, para tenaga kesehatan harus ikut berperan aktif membekali masyarakat dengan komunikasi, edukasi, dan informasi yang mudah dicerna dan tepercaya.
Semoga pandemi segera berlalu.
dr Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara