Laki-laki dan perempuan punya ranah sendiri dalam berperan dalam kekuatannya masing-masing. Laki-laki lebih kuat secara harfiah dalam arti tenaga fisik.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Biology University of Utah mengungkapkan bahwa laki-laki mempunyai kekuatan lengan atas yang jauh berbeda dari perempuan.
Lengan bagian atas laki-laki seperti didesain untuk memiliki kapabilitas dalam melakukan pukulan yang lebih kuat. Pria memang memiliki kemampuan khusus untuk meninju. Mereka sangat kuat bila menyangkut otot yang berhubungan dengan melempar pukulan (Carrier:2020).
Lantas, bila perempuan tidak mempunyai otot yang kuat untuk melempar pukulan, maka bukan berarti perempuan adalah mahluk yang lemah.
Sebab, dalam aktivitas sehari-hari kita tidak melulu harus berkutat menggunakan otot. Banyak kegiatan yang menuntut kita untuk berpikir, menggunakan fungsi kognitif untuk memecahkan masalah, dari sepele hingga yang rumit.
Penelitian dari Hive pada 2017 mengungkapkan bahwa perempuan bisa bekerja lebih produktif 10 persen daripada laki-laki. Dalam laporan The Hive State of the Workplace tersebut, perempuan juga melakukan 20 persen lebih banyak obrolan dalam platform chat mereka.
Penelitian tersebut memang tidak dilakukan di Indonesia, jadi bisa saja kurang kontekstual bila kita sambungkan dengan budaya kerja di Indonesia dimana perempuan lebih banyak menanggung beban domestik dibanding laki-laki.
Namun paling tidak, ada referensi wujud lain bahwa dalam konteks profesional pun perempuan bisa lebih produktif daripada laki-laki, sebab dalam dunia pekerjaan, juga tidak semuanya mengandalkan otot.
Perempuan selalu bisa kuat dalam caranya sendiri yang tak terduga, oleh dirinya sendiri sekalipun. Mengutip Beyonce Knowles dalam lirik lagunya Run the World (Girls),
My persuasion
Can build a nation
Endless power
The love we can devour
You'll do anything for me.