Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Setujui Penelitian yang Gunakan Relawan untuk Diinfeksi Virus Corona

Kompas.com - 21/02/2021, 20:04 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti di Inggris berharap dapat mempelajari berbagai hal baru mengenai bagaimana sistem kekebalan tubuh merespons virus corona.

Melansir Aljazeera, Jumat (19/2/2021), Inggris akan menjadi negara pertama di dunia yang mengizinkan adanya penelitian menggunakan relawan yang secara sengaja dibuat terinfeksi virus corona.

Penelitian ini diharapkan bisa membantu pengembangan vaksin dan perawatan, serta melibatkan 90 sukarelawan berusia 18 hingga 30 tahun.

Departemen Strategi Bisnis, Energi, dan Industri (BEIS) menyatakan, para relawan ini akan terpapar virus pada masa uji coba yang akan dilakukan selama satu bulan.

"Badan Etika Uji Klinis Inggris telah menyetujui penelitian tersebut yang akan menggunakan jumlah virus terendah yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi," demikian pernyataan BEIS.

Tujuan awal penelitian tersebut adalah untuk memahami bagaimana virus menular di antara populasi.

Baca juga: Update Corona Global: Studi Temukan Vaksin Pfizer dan Moderna Dapat Lindungi dari Varian Baru Covid-19

Proses penelitian

Para relawan nantinya akan diberi paparan strain virus corona yang menyebar pertama kali di Inggris sejak Maret 2020.

Virus tersebut terbukti berisiko rendah pada orang dewasa yang muda dan sehat.

Sebelum uji coba dimulai, relawan akan menjalani screening untuk mengetahui potensi risiko kesehatan.

Mereka juga akan dikarantina dan dipantau selama 14 hari di Rumah Sakit Royal Free, London.

Sementara itu, mengutip NY Times,  pemberian paparan virus dilakukan dengan memberikan tetesan kecil virus melalui lubang hidung para relawan.

"Kami akan belajar banyak hal tentang imunologi virus," kata Peter Openhaw, seorang Profesor Imperial College London yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Dia mengatakan, studi tersebut akan dapat mempercepat, tidak hanya pemahaman tentang penyakit yang disebabkan oleh infeksi, tetapi juga mempercepat penemuan pengobatan baru dan vaksin.

Kepala ilmuwan di hVIVO, Andrew Catchpole, mengatakan, seperti halnya membuat vaksin baru yang membutuhkan waktu, demikian pula pembuatan partikel virus baru untuk menginfeksi manusia dalam penelitian ini.

Menurut dia, para peneliti membutuhkan tiga atau empat bulan untuk membuat varian virus corona di laboratorium sebelum mereka dapat mulai memasukkan tetesannya ke dalam hidung para sukarelawan.

Relawan dibayar 88 Euro per hari

Para relawan yang terlibat dalam studi ini nantinya akan dibayar sebanyak 88 euro atau sekitar Rp 1,4 juta per harinya selama masa penelitian berlangsung.

Mereka juga akan dipantau selama setahun.

Pemerintah telah menginvestasikan 33,6 juta euro atau sekitar Rp 571 miliar dalam penelitian yang bekerja sama antara Satgas Vaksin Inggris, Imperial College London, Royal Free London NHS Foundation Trust, dan hVIVO.

“Kami berharap studi ini menawarkan wawasan unik tentang bagaimana virus bekerja dan membantu kami memahami vaksin mana yang menjanjikan yang menawarkan kesempatan terbaik untuk mencegah infeksi,” kata Clive Dix, dari Satgas Vaksin.

Penelitian semacam ini sebelumnya telah digunakan untuk pengembangan pengobatan penyakit lain yakni malaria, kolera, dan flu.

Baca juga: Studi: Varian Baru Virus Corona Kemungkinan 30-70 Persen Lebih Mematikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com