Dinilai cukup sukses, dia pun berekspansi usaha di bidang properti. Investasi besar-besaran dia lakukan dengan membangun Vila Trinity pada 1991, lalu Perumahan Galeria tahun 1995 di Kabupaten Bandung Barat.
Untuk itu, dia meminjam dana dari bank. Namun, keputusannya terjun di bidang properti terkesan kurang pertimbangan matang.
Perhitungannya saat itu meleset. Tahun 1998, krisis moneter melanda, sedangkan bisnis properti terkena imbasnya.
"Saya harus menanggung bunga bank yang tinggi, hingga banyak utang. Aset pabrik Eiger disita. Saya harus menebus utang di bank Rp 4,5 miliar,” cerita Ronny.
Baca juga: Akhir Kasasi Sengketa Merek Eiger...
Namun ia bersyukur, masa kritis bisa dilewati tanpa kehilangan aset. Utang itu dia lunasi tahun 2003.
Ia juga bersyukur, pada masa krisis tidak harus memutus hubungan kerja atau merumahkan karyawan. Pada krisis ekonomi tahun 2008, Ronny malah menambah karyawan.
”Dalam keadaan sulit itu, saya bernazar, jika bisnis kami bangkit kembali, saya akan menjalankan green business dalam segala aspek, yakni bisnis yang tidak korup, tidak menggelapkan pajak, membayar gaji karyawan dengan layak, dan menjalankan bisnis yang ramah lingkungan,” kata dia.
Baca juga: Fiersa Besari dan Para Selebriti yang Ikut Bersuara Soal Review Jujur Eiger
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.