Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Dalam unggahannya, akun tersebut juga menyertakan potongan gambar yang menyebut vaksin tidak asli karena jarum tidak menjadi satu kesatuan dengan vaksin.
"Jeli nya netizen +62... dikira kita bisa diboongin sinovac sdh ada spuit sendiri, bkn ampulan... jd lgsg suntik ajeee.. bukan bgituuu bu dokter n pak dokter? #sinorak vs sinovac"
Baca juga: Berikut Kelompok yang Tidak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19
Terkait dengan adanya informasi tersebut, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban melalui akun Twitternya @ProfesorZubairi mengatakan bahwa informasi tersebut tidak benar.
Menurutnya, poin pesan berantai yang mengatakan vaksin tidak menembus otot karena tidak 90 derajat sehingga tidak masuk dalam darah dan hanya sampai di kulit atau di bawah kulit adalah salah.
"Jawabannya tidak benar. Sebab, menyuntik itu tidak harus tegak lurus dengan cara intramuskular. Itu pemahaman lama alias usang dan jelas sekali kepustakaannya. Bisa Anda lihat di penelitian berjudul 'Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat'," kata dia.
Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?
Terkait dengan penelitian tersebut, Zubairi menjelaskan bahwa persyaratan sudut 90 derajat untuk injeksi intramuskular tidak realistis.
Ia mengatakan dalam studi yang ditulis oleh DL Katsma dan R Katsma, yang diterbitkan di National Library of Medicine pada edisi Januari-Februari 2000 itu trigonometri menunjukkan, suntikan yang diberikan pada 72 derajat, hasilnya mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90.
"Artinya, apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib (dokter kepresidenan yang menyuntuk vaksin Sinovac kepada Presiden Jokowi) sudah benar. Tidak diragukan," katanya lagi.
Baca juga: [HOAKS] Vaksin mRNA untuk Covid-19 Disebutkan Dapat Mengubah DNA Manusia
Selain Kristen Gray, yang meresahkan lagi adalah beredarnya pesan berantai di media sosial dan WAG tentang vaksinasi @jokowi yang dianggap gagal dan harus diulang. Pertanyaan ini diajukan terus oleh jurnalis kepada saya, entah kenapa. Biar clear, berikut jawaban saya:
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) January 18, 2021
Sementara itu, pernyataan pesan berantai yang menyinggung mengenai risiko ADE di mana virus mati di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain bisa menyebabkan masalah kesehatan, menurutnya hal itu terjadi pada vaksin Sinovac.
"Jawabannya, kan tidak terbukti di uji klinis satu, dua dan tiga bahwa ADE itu terjadi pada vaksin Sinovac," ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan terkait apakah tubuh kurus dan tidak, punya pengaruh dengan ukuran jarum suntik pihaknya menjelaskan dokter yang menginjeksi yang menilai hal tersebut.
"Ya kalau obesitas berlebihan tentu jaringan lemaknya banyak. Jadi untuk masuk ke otot jadi lebih sulit. Dokter, yang nantinya bisa menilai ukuran jarum suntik itu ketika akan divaksin," jelas dia.
Baca juga: 4 Daerah Berikut Laporkan Penuhnya Ruang Perawatan Pasien Covid-19, Mana Saja?
Selain Kristen Gray, yang meresahkan lagi adalah beredarnya pesan berantai di media sosial dan WAG tentang vaksinasi @jokowi yang dianggap gagal dan harus diulang. Pertanyaan ini diajukan terus oleh jurnalis kepada saya, entah kenapa. Biar clear, berikut jawaban saya:
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) January 18, 2021
Sementara itu terkait dengan vaksin Sinovac yang disebut seharusnya memiliki jarum yang menjadi satu kesatuan dengan vaksin, pihak Biofarma sebelumnya telah membantah hal tersebut.
"Hoaks," ujar Juru Bicara Vaksin Covid-19 dari PT Bio Farma Bambang Herianto kepada Kompas.com, Kamis (14/1/2021).
Bambang menjelaskan vaksin yang dikemas menggunakan prefilled syringe (vaksin dan alat suntik dikemas dalam satu wadah dosis tunggal) adalah vaksin yang digunakan dalam uji klinis.
Sedangkan vaksin yang digunakan untuk program vaksinasi tahap awal ini memang dikemas dalam vial sehingga vaksin dalam vial harus ditarik dulu isinya menggunakan jarum suntik.
Selengkapnya mengenai penjelasan ini bisa dibaca di link berikut.
Dari penelusuran yang dilakukan Kompas.com, pesan yang mengatakan bahwa vaksinasi pada Presiden Jokowi gagal dan harus diulang adalah hoaks dan tidak benar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.