Tujuan jurnalisme empati adalah agar para pembaca dapat melihat, mengerti dan merasakan apa yang narasumber rasakan.
Konsep jurnalisme empati diperkenalkan oleh Ashadi Siregar (Haryanto, 2016), ketika media dalam memberitakan penderita penyakit HIV/AIDS sering kali menempatkan mereka dalam posisi yang dikorbankan.
Jurnalisme empati hadir agar wartawan peliput peristiwa lebih memiliki perhatian terhadap mereka yang diliput.
Siregar (Haryanto, 2016) menganjurkan agar wartawan dalam meliput musibah menggunakan teknik partisipatoris.
Sehingga, saat wartawan mengeksplorasi kenyataan, dan terdapat seorang korban yang dijadikan subyek berita, maka wartawan akan berusaha untuk memasuki kehidupan subyek dengan sikap etis agar tidak melakukan penetrasi yang sampai mengganggu kehidupan subyek.
Dalam kriteria etika, pada saat menjadikan korban sebagai subyek berita, wartawan akan sampai pada pertanyaan, apakah merugikan, dan apa kemanfaatannya bagi subyek?"
Berempati bukan hanya menempatkan diri wartawan pada posisi orang lain. Empati memungkinkan wartawan untuk memahami, secara emosional dan intelektual, apa yang sedang dialami orang lain.
Moehammad Gafar Yoedtadi
Dosen Fikom Universitas Tarumanagara