Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, dari Lokasi Pencarian hingga Profil Pesawat

Kompas.com - 10/01/2021, 07:15 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pesawat komersial Sriwijaya Air dengan kode penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) siang.

Sebelumnya, pesawat disebutkan hilang kontak beberapa menit setelah lepas landas.

Adapun pesawat maskapai Sriwijaya Air yang jatuh tersebut berjenis Boeing 737-500 dengan kode registrasi PK-CLC.

Berikut sejumlah rangkuman mengenai jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY 182.

Baca juga: Sriwijaya Air Hilang Kontak, Ini Deretan Kecelakaan Pesawat di Indonesia dalam Satu Tahun Terakhir

1. Delay

Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 dijadwalkan bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 13.25 WIB.

Namun, pesawat mengalami penundaan terbang (delay) dan baru mengudara pukul 14.36 WIB dengan pertimbangan cuaca.

Dalam penerbangan ini, pesawat mengangkut 43 penumpang dewasa, 7 penumpang anak, 3 penumpang bayi, dan 12 kru.

2. Hilang kontak

Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak empat menit setelah lepas landas, pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, pesawat hilang dari radar dalam hitungan detik.

Sebelum dinyatakan hilang kontak, pilot sempat meminta naik ke ketinggian 29.000 kaki.

"Pada pukul 14.37 WIB, kapten pesawat meminta naik ke ketinggian 29.000 feet (ketinggian jelajah). Dinyatakan hilang kontak pada pukul 14.40 WIB," kata Budi dalam konferensi pers virtual dari Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu malam.

Baca juga: Kronologi Terkait Sriwijaya Air SJ 182, Sejak Hilang Kontak hingga Diduga Jatuh

3. Lokasi

Juru Bicara Menteri Perhubungan Adita Irawati menyebut posisi terakhir pesawat diketahui berada di atas Kepulauan Seribu.

Adita memaparkan, pada pukul 14.37 WIB, pesawat melewati ketinggian 1.700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta approach. Pada waktu tersebut, pesawat meminta izin menambah ketinggian menuju ketinggian jelajah.

Menurut Adita, pesawat mengarah ke barat laut.

"(Pesawat mengarah ke barat laut (north west). Karenanya ATC menanyakan untuk melaporkan arah pesawat. (Namun), dalam hitungan detik, pesawat hilang dari layar radar," ujar Adita.

Baca juga: Pesawat Jatuh yang Tidak Pancarkan Sinyal ELT, Sriwijaya Air SJ 182 hingga Air Asia QZ 8501

Sementara itu, pada pukul 14.40 WIB, menara pengatur lalu lintas penerbangan (ATC) Jakarta melihat arah penerbangan pesawat bukan 0,75 derajat seperti seharusnya bila menuju Pontianak.

4. Upaya pencarian

Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional Mayjen TNI (Mar) Bambang Suryoaji di Kantor Basarnas menuturkan, pihaknya menerima kabar hilangnya pesawat pukul 14.55 WIB.

Setelah itu, mulai pukul 17.00 WIB, upaya pencarian langsung digelar bersama oleh Basarnas, TNI, Polri, Kementerian Perhubungan, dan masyarakat di lokasi yang diduga sebagai titik terakhir pesawat terpantau radar.

Proses pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJY 182 dilakukan dengan melibatkan tim dan peralatan dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Kementerian Perhubungan, Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI AL, dan Polisi Air (Polair).

Baca juga: Kronologi, Fakta, dan Misteri Jatuhnya Boeing 737-500 Sriwijaya Air SJY 182

Setidaknya, delapan kapal Basarnas, empat kapal perang milik TNI AL, dan enam kapal Polair terlibat dalam upaya tersebut.

Instruksi Presiden Jokowi

Melansir pemberitaan Harian Kompas, (10/1/2021) Presiden Joko Widodo juga telah menginstruksikan pengerahan segala upaya untuk mencari pesawat Sriwijaya Air SJY 182.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjanjikan pengerahan kapal survei TNI AL untuk mencari pesawat yang mengalami musibah ini.

"Kita kerahkan kapal survei Hidro-Oseanografi yang dapat membantu penginderaan di bawah air selain berbagai jenis kapal dan personel TNI AL," ujar dia.

Baca juga: Pesawat Sriwijaya Air Hilang Kontak, Tagar SJ182 Trending di Twitter

Dua kapal survei yang dimiliki TNI AL antara lain KRI Spica dan KRI Rigel, yang dibuat di Perancis.

Kapal ini mempunyai sistem penginderaan dan survei bawah laut termodern di Asia Tenggara.

Selain itu, akan dikerahkan kekuatan dari Armada I dan Lantamal III. Di antaranya KRI Teluj Gilimanuk, KRI Kurau, KRI Parang, KRI Teluk Cirebon, KRI Tjipatdi, KRI Cucut, KRI Tenggiri, dan dua Sea Rider Kopaska, serta dua kapal tunda, yaitu TD Galunggung dan TD Malabar.

Baca juga: Mengenal Pulau Laki, Tempat Latihan Tempur TNI AL yang Diduga Jadi Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air

5. Penurunan ketinggian pesawat

Berdasarkan data FlightRadar24, pesawat hilang kontak sekitar empat menit setelah lepas landas.

Penurunan ketinggian pesawat dari posisi jelajah hingga hilang dari radar terpantau sekitar setengah menit saja.

Adapun serpihan yang diduga bagian dari pesawat Sriwijaya Air SJY 182, ditemukan di sekitar perairan Kepulauan Seribu menjelang waktu Maghrib, dan pesawat dipastikan jatuh.

6. Posko bantuan

Pemerintah dan Sriwijaya Air membuka posko dan kontak darurat bagi keluarga korban jatuhnya Sriwijaya Air SJY 182.

Posko di Bandara Soekarno-Hatta berada di Terminal 2D kedatangan bandara.

Hotline untuk layanan keluarga penumpang dapat melalui 021-80637817.

Sementara itu, Sriwijaya Air membuka pokso layanan di kantor perusahaan di Bandara Soekarno-Hatta dan di Pontianak.

Baca juga: Sederet Fakta Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Hilang Kontak, Berisi 62 Jiwa hingga Tangis Pilu Keluarga

7. Pesawat layak terbang

Pesawat yang digunakan dalam penerbangan ini ditenagai dua mesin CFM56-3C1 besutan CFMI, perusahaan milik bersama Safran Aircraft Engine dari Perancis dan GE Aviation dari Amerika Serikat.

"Tapi sayapnya sudah ada flip, jadi ini termasuk keluaran akhir dari Boeing 737 seri 500," tutur pemerhati penerbangan Yayan Mulyana, Sabtu (9/1/2021) petang.

Pesawat belum masuk keluarga Boeing next generation, atau masih dari keluarga Boeing klasik.

Kendati begitu, Yayan menambahkan bahwa kondisi pesawat masih sangat layak dan dipakai oleh banyak maskapai hingga hari ini.

Pesawat Boeing 737-500 yang digunakan pada penerbangan ini, terbang perdana pada 13 Mei 1994, dengan kapasitas maksimal 112 penumpang.

Baca juga: INFOGRAFIK: Rekam Jejak Sriwijaya Air

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com