Mengetahui balasan tersebut, Tirta menegaskan bahwa pandemi Covid-19 jangan dimanfaatkan untuk hal seperti ini.
"Covid itu jangan dimanfaatkan buat ginian. Enggak elok. Ente tahu? Berapa banyak yang remuk karena kebijakan ini? Antre buat test doang," ujar Tirta dalam postingannya.
Kepada Kompas.com, dr Tirta membolehkan untuk mengutip unggahan atau pernyataan tersebut.
Baca juga: Simak, Ini 7 Gejala Terkait dengan Varian Baru Virus Corona
Ia juga mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati terhadap praktik jual beli hasil PCR palsu.
Namun, ketika dikonfirmasi lebih lanjut oleh Tirta, pemilik akun Instagram @hanzdays mengungkapkan bahwa sudah banyak pelanggan yang membeli jasanya.
"Banyak kok yang sudah lolos. Yang mereka (tenaga kesehatan) cek: surat print PCR, KTP (apakah sesuai nama di suratnya), PDF (buat bikin mereka percaya karena ada bukti onlinenya), dan hasil yang negatif," tulis akun @hanzdays dalam tangkapan layar.
Baca juga: Viral, Video Detik-detik Truk Boks Terobos Lampu Merah hingga Tabrak Pengendara Motor di Klaten
Tanggapan pihak Bumame Farmasi
Sementara itu, hingga Kamis (31/12/2020) malam, Kompas.com belum mendapatkan penjelasan dari Bumame Farmasi terkait unggahan tersebut.
Konfirmasi yang dilakukan pada kontak yang tertera di akun Instagram @bumame_farmasi, Home Service: 0811-959-xxxx belum juga mendapatkan tanggapan.
Kendati demikian, melansir akun @bumame_farmasi, dijelaskan bahwa semua staf Bumame Farmasi tidak bisa mengeluarkan surat hasil palsu.
Baca juga: Catat, 9 Daerah Ini Wajibkan Dokumen Rapid Test Antigen, Mana Saja?
Semua hasil tes yang keluar dari lab, disebutkan melewati proses validasi oleh admin dan dokter supaya tidak ada kesalahan dan pemalsuan.
Untuk mencegah pemalsuan hasil di masa mendatang, pihak Bumame Farmasi akan mengimplementasikan kode QR unik pada semua surat hasil yang dikeluarkan.
Dengan kode QR unik ini, pelanggan dapat mengakses hasil tes asli yang disimpan di database Bumame Farmasi.
Selain itu, mereka mengecam semua bentuk pemalsuan yang bukan hanya tidak pidana, tapi juga membahayakan masyarakat Indonesia.
Baca juga: Ramai Topik soal Rapid Antigen, Apakah Sama dengan Swab Antigen?
View this post on Instagram
Kronologis pemalsuan hasil tes