Untuk mengembangkan kemampuan masyarakat setempat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Yogyakarta memberikan pelatihan.
Dari pelatihan-pelatihan itu, mereka yang awalnya hanya bisa mencanting menjadi mengetahui teknik-teknik membatik hingga kemudian banyak yang menekuni usaha batik.
Kini, setidaknya ada lebih dari 10 pelaku UMKM pengrajin batik di wilayah Tegalrejo, Gedangsari.
Warna alam yang ditawarkan Batik Tegalrejo adalah salah satu keunggulan dari batik di desa ini.
“Batik Tegalrejo terkenal dengan batik warna alam. Bermula pembinaan dari dinas yang membina di Tegalrejo pewarnaan batik warna alam,” ujar Suryanti.
Ciri khas desain batik yang terkenal di wilayah itu adalah motif gedang (pisang), srikaya, dan bambu.
Desain tersebut menjadi ciri khas karena wilayah Gedangsari merupakan salah satu wilayah yang terkenal dengan komoditas tersebut.
“Gedangsari itu kan tanaman khasnya gedang dan srikaya,” kata Suryanti.
Menurut Suryanti, para pengrajin tetap membuat batik dengan motif-motif yang lain.
Dengan bertumbuhnya wilayah Tegalrejo, Gedangsari, desa ini menjadi salah satu wilayah Binaan CSR Astra.
Suryanti mengatakan, sekitar tahun 2010, awalnya pembinan Astra hanya berfokus pada program pendidikan.
Akan tetapi, Astra melihat potensi Tegalrejo dengan kerajinan batiknya.
Pada 2017, mulai dirintis Kampung Berseri Astra (KBA). Ada 4 pilar yang diusung dalam program KBA di Gedangsari yakni pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan kewirausahaan.
Batik termasuk dalam pilar kewirausahaan.
Bagi Suryanti, dengan menjadi Kampung Berseri Astra, pengrajin batik di wilayahnya terbantu meningkatkan kemampuan dan mempromosikan produknya.