KOMPAS.com - Platform media sosial seiring perkembangan waktu terus mengalami perkembangan.
Seperti Facebook yang awalnya hanya untuk berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, kini mulai menjadi media menyebar ide dan informasi.
Instagram yang dulu digunakan untuk mengunggah foto-foto pribadi atau galeri, kini banyak digunakan untuk berjualan produk secara online.
Baca juga: Facebook Hapus Konten Palsu Vaksin Virus Corona di Israel
Atau, TikTok, yang pada awal kemunculannya digunakan untuk membuat video berbagai macam tarian, kini banyak digunakan untuk berbagi cerita dalam format video.
Baik cerita nyata maupun yang dibuat-buat hanya untuk mendapat perhatian.
Hal yang sama juga terjadi pada Twitter yang kini banyak dimanfaatkan untuk menuliskan cerita kronologi juga menunjukkan besarnya kekuatan suatu kelompok melalui penggunaan tagar.
Namun di sisi lain, banyak juga konten yang cenderung bernilai negatif, misalnya menampilkan hal-hal sensitif seperti tindak kekerasan, pornografi, konten kontroversial seperti menceritakan aib diri sendiri maupun orang lain.
Juga konten yang berisi kisah-kisah fiktif atau yang sengaja direka-reka. Kita mengenalnya sebagai konten "settingan".
Pertanyaannya, mengapa konten-konten seperti ini marak dibuat oleh pengguna media sosial?
Baca juga: Viral Spanduk Promosi Diri untuk Temani Malam Tahun Baru, Ini Penjelasannya...
Pakar media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit, Fahmi Ismail menyebut semua itu karena satu hal, yaitu adanya keinginan orang untuk mendapatkan perhatian.
"Sebetulnya ada Economy of Attention. Teorinya Attention Economy, Ekonomi Perhatian," kata Fahmi saat dihubungi melalui telepon, Minggu (27/12/2020).
Ia menjelaskan "perhatian" adalah sesuatu yang dicari dan dijual di media sosial. Hal itu disenangi baik oleh pengguna maupun penyedia platform.
Konten-konten yang sensasional berpotensi mendapat atensi yang lebih besar dibandingkan konten yang biasa-biasa saja.
Oleh karena itu, para pengguna tidak segan untuk berkreasi melahirkan konten-konten sensasional.
"Perhatian itu didapat oleh user dalam bentuk like, comment, share. Mereka (pengguna) suka di situ, Selama user mendapat perhatian, selama itu pula platform akan untung. Kenapa? User akan lama di platform itu," jelas Fahmi.
Baca juga: Viral Kisah Unik Pemancing Temukan Handphone Saat Mancing, Ini Cerita Lengkapnya