Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Boeing 737 Max 8 dan Penjelasan Penyebab Jatuhnya Lion Air JT-610 dan Ethiopian Airlines Flight 302

Kompas.com - 28/11/2020, 17:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

FEDERAL Aviation Administration (FAA), otoritas penerbangan Amerika Serikat, telah mengizinkan pesawat Boeing 737 Max 8 kembali beroperasi. Demikian kabar pekan ini.

Baca juga: Pesawat Maut B-737 MAX 8 Sudah Boleh Terbang Lagi

Pesawat Max 8 di-“grounded” diseluruh dunia pada Maret 2019 setelah Ethiopian Airlines Flight 302 jatuh menghunjam ke tanah hanya 6 menit setelah take off.

Sebelumnya, pesawat jenis yang sama milik Lion Air, JT-610, jatuh masuk ke laut 11 menit setelah take off dari SHIA (Soekarno Hatta International Airport) pada November 2018.

Kecelakaan Max 8 Lion Air tidak banyak mengundang kecurigaan tentang kesalahan fatal pada produk pesawat tersebut. Sebab, beberapa tahun sebelumnya Lion Air juga pernah mengalami kecelakaan. Pesawat B 737 - 800 milik Lion Air yang relatif masih baru juga pernah masuk ke laut sesaat akan mendarat di Bali.

Di samping reputasi Lion Air yang tidak begitu baik dalam aspek aviation safety, laporan awal investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait kecelakaan Max-8 menyebutkan, ada beberapa kelemahan dalam penerbangan Lion Air JT-610.

Prelimenary report KNKT yang dipandang menyudutkan itu sempat berbuntut protes keras dari pihak manajemen Lion Air.

Beberapa saat setelah kecelakaan JT-610, pihak pabrik Boeing segera mengeluarkan “operation bulletin” pemberitahuan kepada seluruh maskapai penerbangan yang mengoperasikan pesawat Max 8 untuk melakukan prosedur tertentu (emergency procedures) bila mengalami gejala indikasi serupa dengan JT-610.

FAA juga mengeluarkan "emergency airworthiness directive” kepada seluruh operator pesawat Max 8 dan bersifat mandatory di seluruh Amerika Serikat untuk langkah yang lebih kurang sama seperti yang disebutkan dalam “operation bulletin” pabrik Boeing.

Kecurigaan atas kesalahan produk pesawat baru mengemuka setelah Max 8 milik Ethiopian Airlines mengalami kecelakaan.

Investigasi awal otoritas penerbangan Ethiopia menyebutkan, pilot sudah melakukan prosedur yang disampaikan Boeing dalam “operation bulletin”. Prosedur itu tidak mampu menyelamatkan pesawat.

Ethiopian Airlines merupakan maskapai terbesar di benua Afrika yang tengah berkembang cepat dan sangat dikenal taat azas, disiplin tinggi dalam mematuhi regulasi. Maskapai itu baru saja membuka rute penerbangan ke segenap pelosok benua Afrika.

Beberapa analis penerbangan bahkan menyebut Ethiopian Airlines sebagai maskapai yang “recognised globally as a high-quality professionally-run company". Juga dikenal luas sebagai maskapai yang dijalankan oleh tim manajemen dengan tingkat profesionalitas berkualitas tinggi.

Investigasi atas kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Airlines mendapatkan faktor penyebab yang sama yaitu persoalan pada Computer Controlled Stability System yang dikenal sebagai MCAS (Maneuvering Characteristic Augmentation System).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com