Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Boeing 737 Max 8 dan Penjelasan Penyebab Jatuhnya Lion Air JT-610 dan Ethiopian Airlines Flight 302

FEDERAL Aviation Administration (FAA), otoritas penerbangan Amerika Serikat, telah mengizinkan pesawat Boeing 737 Max 8 kembali beroperasi. Demikian kabar pekan ini.

Pesawat Max 8 di-“grounded” diseluruh dunia pada Maret 2019 setelah Ethiopian Airlines Flight 302 jatuh menghunjam ke tanah hanya 6 menit setelah take off.

Sebelumnya, pesawat jenis yang sama milik Lion Air, JT-610, jatuh masuk ke laut 11 menit setelah take off dari SHIA (Soekarno Hatta International Airport) pada November 2018.

Kecelakaan Max 8 Lion Air tidak banyak mengundang kecurigaan tentang kesalahan fatal pada produk pesawat tersebut. Sebab, beberapa tahun sebelumnya Lion Air juga pernah mengalami kecelakaan. Pesawat B 737 - 800 milik Lion Air yang relatif masih baru juga pernah masuk ke laut sesaat akan mendarat di Bali.

Di samping reputasi Lion Air yang tidak begitu baik dalam aspek aviation safety, laporan awal investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait kecelakaan Max-8 menyebutkan, ada beberapa kelemahan dalam penerbangan Lion Air JT-610.

Prelimenary report KNKT yang dipandang menyudutkan itu sempat berbuntut protes keras dari pihak manajemen Lion Air.

Beberapa saat setelah kecelakaan JT-610, pihak pabrik Boeing segera mengeluarkan “operation bulletin” pemberitahuan kepada seluruh maskapai penerbangan yang mengoperasikan pesawat Max 8 untuk melakukan prosedur tertentu (emergency procedures) bila mengalami gejala indikasi serupa dengan JT-610.

FAA juga mengeluarkan "emergency airworthiness directive” kepada seluruh operator pesawat Max 8 dan bersifat mandatory di seluruh Amerika Serikat untuk langkah yang lebih kurang sama seperti yang disebutkan dalam “operation bulletin” pabrik Boeing.

Kecurigaan atas kesalahan produk pesawat baru mengemuka setelah Max 8 milik Ethiopian Airlines mengalami kecelakaan.

Investigasi awal otoritas penerbangan Ethiopia menyebutkan, pilot sudah melakukan prosedur yang disampaikan Boeing dalam “operation bulletin”. Prosedur itu tidak mampu menyelamatkan pesawat.

Ethiopian Airlines merupakan maskapai terbesar di benua Afrika yang tengah berkembang cepat dan sangat dikenal taat azas, disiplin tinggi dalam mematuhi regulasi. Maskapai itu baru saja membuka rute penerbangan ke segenap pelosok benua Afrika.

Beberapa analis penerbangan bahkan menyebut Ethiopian Airlines sebagai maskapai yang “recognised globally as a high-quality professionally-run company". Juga dikenal luas sebagai maskapai yang dijalankan oleh tim manajemen dengan tingkat profesionalitas berkualitas tinggi.

Investigasi atas kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Airlines mendapatkan faktor penyebab yang sama yaitu persoalan pada Computer Controlled Stability System yang dikenal sebagai MCAS (Maneuvering Characteristic Augmentation System).

Apa itu MCAS?

MCAS adalah sebuah perangkat lunak atau software yang sangat teknis untuk dapat dijelaskan dengan sederhana.

Uraian singkat berikut ini mungkin dapat membantu kita untuk mengerti secara garis besar tentang MCAS, yang diduga kuat sebagai peyebab utama dua kecelakaan yang merenggut ratusan nyawa.

B-737 Max 8 sedikit berbeda dengan B-737 lainnya karena merupakan varian dari B-737 yang dilengkapi dengan MCAS.

Mengapa Max 8 dilengkapi dengan MCAS? Jawabannya sedikit panjang.

Max 8 dilengkapi dengan mesin baru yang irit bahan bakar. Mesin baru ini lebih besar dari mesin yang terpasang di varian B-737 sebelumnya. Power mesin baru ini juga lebih besar.

Karena ukurannya yang lebih besar, letak posisi mesin pun berbeda. Posisi mesin Max 8 lebih ke depan dibanding B-737.

Posisi mesin yang berbeda dan power yang lebih besar mempengaruhi aerodinamika pesawat. Max 8 lebih mudah stall (pesawat jatuh akibat kehilangan daya angkat) pada posisi dan kondisi tertentu.

Dengan berubahnya karakteristik ini, pabrik memasang sebuah perangkat pengaman (safety device) yang dikenal sebagai MCAS. Tugas MCAS adalah bila terjadi gejala akan stall dia akan bekerja untuk mencegahnya.

Dengan demikian pesawat Max 8 menjadi sangat aman di samping juga sangat irit bahan bakar. Jadilah dia sebagai “the best selling plane ever”. Pesawat terbang paling laku sepanjang sejarah pemasaran B-737.

Sedikit lebih dalam soal MCAS, ternyata alat ini bekerja mencegah stall melalui sensor dari AOA (angle of attack). AOA adalah sebuah alat yang mengukur seberapa besar sudut pesawat ketika terbang.

Pada besaran sudut tertentu pesawat terbang akan stall. Maka ketika AOA menunjukkan sudut pesawat yang akan stall, sinyal tersebut akan ditangkap oleh MCAS untuk kemudian segara bertindak menurunkan sudut (hidung) pesawat agar tidak stall.

Nah, apabila sensor yang dikirim oleh AOA kepada MCAS karena sesuatu hal tidak akurat (false indication) --katakanlah dalam hal ini mengindikasikan besaran sudut tertentu yang membuat pesawat akan stall  tetapi sebenarnya tidak demikian-- maka MCAS akan tetap bekerja untuk menurunkan hidung pesawat (yaitu tindakan pertama yang harus dilakukan saat pesawat akan stall).

Inilah yang terjadi pada dua kecelakaan Max 8 Lion Air dan Ethiopian Airlines. Sensor AOA pada kedua pesawat tersebut memberikan false indication, petunjuk keliru yang menyebabkan MCAS bekerja menurunkan hidung pesawat dengan cara mengaktifkan salah satu bidang kemudi (horizontal stabilizer).

Celakanya, dari dua kecelakaan yang terjadi diketahui kemudian bahwa pilot yang menerbangkan JT-610 sama sekali tidak mengetahui tentang keberadaan MCAS di pesawat yang dikemudikannya.

Demikian pula konon MCAS tersebut tidak tercantum dalam operation manual Max 8.

Sementara, pada kasus Ethiopian Airlines Flight 302, emergency procedures sesuai “operation bulletin” yang dikeluarkan Boeing ternyata tidak berfungsi. Pesawat tetap menghunjam ke tanah setelah take off.

Demikianlah, sejak Maret 2019 seluruh pesawat Boeing Max 8 dilarang terbang.

Perbaikan yang dilakukan Boeing

Setelah memakan waktu lebih kurang 20 bulan, FAA dan EASA (European Union Aviation Safety Agency) akhirnya menyetujui apa yang dilakukan Boeing dalam memperbaiki Max 8 untuk memperoleh sertifikasi layak terbang dengan aman.

Beberapa yang dilakukan antara lain menyempurnakan software MCAS dan memberlakukan pre-simulator training bagi semua pilot yang menerbangkan Max 8 untuk pertama kali.

Pernyataan FAA dan EASA sangat jelas dan gamblang tentang seberapa aman Max 8 sekarang ini pasca-perbaikan yang dilakukan.

Sementara itu sebagai catatan, beberapa pilot di Amerika dan juga di Indonesia yang pernah menerbangkan Max 8 mengatakan bahwa pesawat tersebut adalah yang paling “enak” diterbangkan dibanding sekian banyak pesawat terbang yang pernah mereka terbangkan.

Dari segi teknis mungkin saja semua persoalan sudah selesai. Max 8 kini telah menjelma menjadi pesawat yang aman dan nyaman, merujuk FAA dan EASA.

Persoalan yang tersisa adalah bagaimana mengembalikan kepercayaan maskapai penerbangan pengguna pesawat terbang Max 8 dan terutama konsumen para pengguna jasa angkutan udara pasca-dua kecelakaan dalam kurun waktu 5 bulan yang telah merenggut ratusan nyawa itu.

Masih ada lagi pertanyaan yang muncul berikutnya yaitu bagaimana nasib para keluarga korban kecelakaan Lion Air JT-610 dan Ethiopian Airlines flight 302 yang telah tewas sebagai korban “MCAS”?

Bagaimana pula sikap Lion Air, apakah akan membatalkan pembelian Max 8 yang tersisa? Apakah Lion Air akan menuntut kerugian kepada Boeing atas tragedi JT-610, atau menerima keputusan FAA dan Boeing untuk melanjutkan rencana mengoperasikan Max 8?

Pertanyaan paling akhir adalah bagaimana sikap calon penumpang yang akan bepergian naik Max 8 pasca perbaikan yang telah dilakukan pabrik?

Sejatinya memang menjadi tidak mudah untuk meyakinkan para calon penumpang untuk memulihkan kepercayaan terhadap jenis pesawat terbang yang pernah mengalami kecelakaan fatal beruntun.

Ini tantangan besar bagi Max 8 untuk dapat kembali ke global market. Tantangan besar bagi Boeing dalam mempertahankan atribut Max 8 sebagai “the best selling plane ever”.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/28/174929865/boeing-737-max-8-dan-penjelasan-penyebab-jatuhnya-lion-air-jt-610-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke