Sebelum terjadi gerakan motorik, pengidap mungkin merasakan sensasi seperti kesemutan atau ketegangan.
Orang tersebut dapat menahan tics untuk sementara waktu, tetapi mungkin tidak dapat menghentikan terjadinya tics.
Selain itu, tics dapat berbeda dalam jenis, frekuensi, dan tingkat keparahan.
Jika seseorang merasa sakit, stress, cemas, lelah, atau bersemangat, maka tics akan memburuk.
Umumnya, tics juga dapat terjadi saat seseorang dengan sindrom Tourette tertidur.
Baca juga: CDC: Tak Hanya Anak-anak, Sindrom Peradangan Covid-19 juga Serang Orang Dewasa
Tourette dikaitkan dengan beberapa bagian otak. Salah satunya ganglia basal. Bagian ini berfungsi untuk membantu tubuh mengontrol gerakan.
Masalah yang terjadi pada ganglia basal diduga dapat memengaruhi sel saraf dan bahan kimia yang membawa pesan ke otak.
Meski tidak dapat dipastikan penyebabnya sampai saat ini, dokter dan peneliti masih mencari tahu apa yang menyebabkan masalah Tourette pada otak.
Penderita dengan tics ringan cenderung tidak perlu diobati. Namun, dokter akan meresepkan obat untuk membantu penyembuhan.
Butuh beberapa saat untuk menemukan dosis yang tepat yang membantu mengendalikan tics.
Berikut beberapa obat yang dapat membantu penderita sindrom Tourette:
Selama menjalani pengobatan, pasien mungkin dapat mempertimbangkan terapi bicara.
Psikolog atau konselor dapat membantu penderita mempelajari cara menangani masalah sosial yang mungkin disebabkan oleh tics dan gejala lainnya.