Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napi Kendalikan Bisnis Narkoba, Mengapa Hal Ini Kerap Terjadi?

Kompas.com - 24/11/2020, 17:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kabar soal adanya narapidana di dalam tahanan yang masih bisa menjalankan bisnis narkoba bukanlah hal baru.

Kejadian semacam ini sudah berulang kali terjadi di Indonesia.

Tidak hanya mengatur jual-beli barang haram dari dalam sel, beberapa waktu lalu bahkan terkuak adanya seorang narapidana yang mengendalikan pabrik sabu di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dari dalam sel.

Baca juga: Kembali Ditangkap karena Kasus Narkoba, Berikut Perjalanan Hidup Tio Pakusadewo

Mengapa hal ini masih bisa terjadi dan terus berulang?

Pakar Hukum Kepolisian Universita Bhayangkara Jakarta, Edi Hasibuan menyebut aksi atau tindakan napi yang masih bisa mengendalikan bisnis narkoba dengan mudah tersebut terjadi akibat lemah atau kendornya pengawasan yang diterapkan di lembaga pemasyarakatan.

"Kita sadari napi walau sudah ditangkap dan dipenjara di lapas tetap saja bisa menjalankan bisnis gelapnya. Ini terjadi karena penggunaan HP masih belum ketat dan pengawasan juga belum ketat," kata Edi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/11/2020).

Hal ini mungkin saja akan terus berulang selama pengawasan yang ada saat ini tidak diperketat.

Baca juga: Mengapa Napi Asimilasi Kembali Berbuat Kriminal? Ini Analisisnya...

Kewenangan ini menurut Edi ada di pihak Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

"Selama Dirjen Imigrasi masih belum memperketat dan pengawasan dalam rutan dan lapas, sulit memberantas narkoba di negeri ini. Rutan dan lapas harus steril dari penggunaan HP," sebutnya.

Terlepas dari itu semua, Edi menjelaskan bagaiamana pada praktiknya sebuah ponsel bisa masuk ke dalam lapas dan jatuh ke tangan napi di sana.

"Biasanya diselundupkan dalam makanan saat kerabat atau teman membesuk. Bisa dibayangkan. Atau bisa juga dipinjamkan oleh oknum anggota, oknum petugas. Diduga ada indikasi permainan antar oknum petugas yang bermain dalam lapas dan rutan," katanya lagi.

Baca juga: Patut untuk Dipahami, Berikut Beda Psikotropika dan Narkotika

Perlunya tindakan tegas

Edi mengibaratkan keberadaan ponsel di dalam tahanan akan selalu ada meski razia dilakukan.

"Hari ini lapas dirazia HP oleh petugas, besok sudah ada lagi. Ini memperihatinkan," kata dia.

Untuk itu, Edi berharap ada tindakan tegas yang diberikan pada mereka yang terbukti membantu masuknya ponsel ke dalam ruang tahanan.

"Kita minta Dirjen Lembaga Pemasyarakatan tegas dan berikan sanksi tegas terhadap oknum petugas yang bermain," ucap Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) ini.

Baca juga: Pemberkasan CPNS 2019, Bagaimana Ketentuan Surat Keterangan Sehat Jasmani, Rohani, dan Bebas Narkoba?

Tindakan tegas tersebut, imbuhnya menjadi salah satu cara yang harus ditempuh jika ingin peredaran narkoba hilang di Indonesia.

"Penggunaan HP dalam tahanan harus ditertibkan kalau ingin narkoba hilang. Dan di luar, kita minta seluruh pelabuhan tikus di berbagai daerah harus dijaga ketat oleh aparat," kata Edi.

Hal lain yang juga menjadi perhatiannya adalah adanya pelabuhan-pelabuhan tikus yang selama ini banyak menjadi jalan masuknya narkoba ke Indonesia.

"Selama ini pelabuhan tikus selalu menjadi sumber (masuknya) narkoba. Contoh Anyer dan Kepulauan Seribu, dan lainnya di berbagai daerah," imbuhnya.

Baca juga: Kenapa Banyak Artis Kerap Terlibat Prostitusi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

Tren
Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Tren
Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Tren
Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Tren
Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

Tren
Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Tren
Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Tren
Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com