Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Harian Corona Melonjak, Jepang Berencana Batalkan Promosi Wisata

Kompas.com - 22/11/2020, 21:08 WIB
Nur Rohmi Aida,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus harian virus corona di Jepang dalam terus mencatat rekor tertinggi. Menurut Kementerian Kesehatan Jepang, Minggu (22/11/2020), melaporkan adanya 2.508 kasus baru virus corona.

Lonjakan kasus harian paling tinggi terjadi di Ibu Kota, Tokyo, dengan 539 kasus virus corona.

Sementara, Osaka yang merupakan kota terbesar kedua di Jepang melaporkan kasus harian sebanyak 415 kasus.

Dikutip dari CNN, lonjakan tersebut menyebabkan total kasus virus corona di Jepang mencapai 130.891.

Sementara itu, Jepang juga mencatat adanya 11 kematian baru akibat virus. Sehingga, korban meninggal akibat Covid-19 di Jepang mencapai 1.987 orang.

Baca juga: Saat Jepang Catatkan Lebih dari 2.000 Kasus Baru Covid-19 untuk Pertama Kalinya...

Guna mengekang penyebaran virus corona lebih lanjut, pada Jumat (20/11/2020), pemerintak Jepang mengumumkan akan menghentikan program promosi perjalanan dan promosi makan yang sebelumnya dikampanyekan.

“Di wilayah yang peningkatan penularannya mencapai tingkat tertentu, kami akan mengambil tindakan pencegahan yang lebih kuat dengan berkoordinasi dengan gubernur prefektur,” kata Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.

Adapun, penentuan wilayah dan tanggal pembatalan promosi sementara akan ditentukan minggu depan.

Sejauh ini Jepang telah berhasil mengekang kasus kematian akibat Covid-19 di bawah 2.000, yang membuatnya tak memiliki kasus kematian separah negara-negara lain.

Namun, kekhawatiran muncul saat rumah sakit di sejumlah tempat dilaporkan mulai kewalahan.

Mengutip AP, Jepang juga mulai mengkhawatirkan risiko peningkatan kasus akibat adanya libur akhir pekan yang disambung dengan libur nasional hari Thanksgiving Pekerja pada Senin (23/11/2020).

Baca juga: Kemlu: 17 WNI yang Terpapar Covid-19 di Jepang Jalani Isolasi

Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan, Minggu (22/11/2020), Jepang mulai mempertimbangkan kembali untuk memberlakukan pembatasan kehadiran pada sejumlah pertemuan besar di daerah yang mengalami lonjakan kasus tajam.

Ia mengaku tengah memikirkan bagaimana mengembalikan uang pelanggan yang terlanjur memesan perjalanan dalam program kampanye pariwisata domestik.

Dilansir Aljazeera, para kritikus menilai langkah yang diambil Jepang ini lambat, mengingat telah banyak orang membuat reservasi perjalanan.

Bandara dan restoran di beberapa kota di Jepang saat ini juga telah penuh sesak.

Menurut mereka, seharusnya pemerintah Jepang meningkatkan pengujian PCR selain membayar biaya pembatalan jika tujuan pemerintah adalah menjaga ekonomi berjalan di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Catatkan Rekor Kasus Harian, Jepang Berada pada Kewaspadaan Maksimal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com