Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Resistensi Antimikroba Sama Bahayanya dengan Pandemi

Kompas.com - 21/11/2020, 19:27 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan tentang tumbuhnya resistensi antimikroba yang sama berbahayanya dengan pandemi virus corona.

Mengutip laporan AFP, Sabtu (21/11/2020), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut masalah ini sebagai "salah satu ancaman kesehatan terbesar sepanjang waktu".

Resistensi sendiri semakin tumbuh pada beberapa tahun terakhir karena penggunaan berlebih obat-obatan, baik pada manusia maupun hewan ternak.

"Resistensi antimikroba mungkin tidak terlihat sedarurat pandemi, tetapi sama bahayanya," kata Tedros.

Menurut dia, resistensi antimikroba ini mengancam perkembangan medis dan membuat kita tidak memiliki pertahanan terhadap infeksi yang saat ini dapat diobati dengan mudah.

Baca juga: Ahli Sebut Resistensi Antimikroba Harus Segera Ditangani

Resistensi antimikroba

Kebanyakan orang umumnya hanya mengenal antibiotik. Antibiotik sendiri adalah bagian dari antimikroba.

Melansir Kompas.com, 24 November 2019, mikroba melingkupi di dalamnya berbagai jenis organisme, yaitu virus, bakteri (bios/biotik), jamur, protozon ataupun parasit.

Oleh karena itu, antimikroba merupakan obat yang penting untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan yang diakibatkan organisme jahat mikroba yang menyerang tubuh.

Adapun sifat dari antimikroba adalah menghambat perkembangbiakan organisme jahat tersebut. 

Dokter Purnawati Sujud SpA mengatakan, antimikroba ini baik untuk pengobatan. Akan tetapi, jika tubuh sudah resisten (menolak) terhadap antimikroba ini, maka penyakit akan sulit disembuhkan.

"Setiap kali antibiotik digunakan, timbul juga risiko adanya resistensi antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau kurang bijak akan semakin memperparah situasi tersebut," kata Purnamawati dalam acara media briefing Pekan Kesadaran Antimikroba Dunia 2020 yang dilakukan daring pada Rabu (18/11/2020). 

Baca juga: 6 Strategi Turunkan Angka Resistensi Antimikroba di Indonesia

Dampak dan bahayanya

Saat seseorang terkena gempuran mikroba yang resisten, dia berpotensi mengalami sakit yang lebih berat dan risiko kematian lebih tinggi.

"Jadi perlu diingat, antibiotik itu bahaya. Kalau kita makan antibiotik, nanti bakteri di badan (berpotensi) jadi bakteri resisten," kata Purnamawati.

Sejak ditemukan pada tahun 1920, antibiotik telah menyelamatkan puluhan juta nyawa. Namun, bakteri mulai membangun resistensi pada obat yang sama.

Resistensi antibiotik adalah masalah sangat serius yang dihadapi seluruh dunia.

Bakteri yang kebal terhadap berbagai jenis antibiotik disebut Superbugs.

Orang yang terinfeksi Superbugs sangat sulit disembuhkan dan terapinya membutuhkan biaya yang sangat mahal. Beberapa kasus berakhir menyebabkan cacat permanen, bahkan kematian.

Penyakit infeksi bakteri, seperti pneumonia, TBC, gonorrhoea, salmonellosis, dan keracunan darah dari tahun ke tahun semakin sulit diobati dengan antibiotik.

Federasi Internasional untuk Asosiasi dan Produsen Farmasi (IFPMA) mengatakan, Superbug telah menyebabkan banyak korban.

"Sekitar 700.000 orang secara global meninggal dunia setiap tahunnya karena resistensi antimikroba," kata pihak IFPMA.

Baca juga: Situs Kuno Pemujaan Kaisar Berusia 1.500 Tahun Digali di China Utara

Korban meninggal 10 juta

Mereka menilai, tanpa adanya tindakan yang kuat untuk memastikan penggunaan tepat pada antibiotik yang sudah ada, angka tersebut dapat meningkat hingga 10 juta pada 2050.

WHO mengatakan, resistensi antimikroba membahayakan keamanan pangan, perkembangan ekonomi, dan kemampuan planet untuk melawan penyakit.

Resistensi menjadi pemicu meningkatnya biaya layanan kesehatan, admisi rumah sakit, kegagalan pengobatan, penyakit yang parah, hingga kematian.

WHO bergabung dengan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan meluncurkan tim baru untuk mengadvokasi aksi darurat dalam melawan ancaman ini.

"Kami membutuhkan aksi yang terkoordinasi di seluruh dunia untuk mengawasi infeksi, mengimplementasikan langkah pengendalian yang dibutuhkan, dan meningkatkan kesadaran gobal terhadap penggunaan antibiotik yang meluas," kata Wakil Ketua Tim Perdana Menteri Sheikh Hasina dari Bangladesh.

Baca juga: 5.000 Pasien Akan Jalani Uji Coba Tahap 3 Antibodi Corona AstraZeneca

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com