Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Vaksin Covid-19 Sinovac Picu Respons Imun yang Cepat, tapi...

Kompas.com - 18/11/2020, 17:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah hasil uji coba awal di China menunjukkan vaksin virus corona eksperimental Sinovac Biotech, CoronaVac, memicu respons kekebalan atau imun yang cepat.

Tetapi, tingkat antibodi yang dihasilkan vaksin tersebut lebih rendah daripada orang yang telah pulih dari Covid-19.

Dilansir Reuters, Rabu (18/11/2020), para peneliti mengatakan hasil itu dapat memberikan perlindungan yang cukup, berdasarkan pengalaman mereka dengan vaksin lain dan data dari studi praklinis dengan kera.

Diketahui, CoronaVac adalah satu dari tiga vaksin Covid-19 eksperimental yang telah digunakan China untuk menyuntik ratusan ribu orang, di bawah program penggunaan darurat.

Pengumuman itu muncul setelah vaksin virus corona asal Eropa dan Amerika Serikat melaporkan data yang berhasil dari uji coba tahap akhir yang besar.

Tiga vaksin, yang dikembangkan di AS, Jerman, dan Rusia, semuanya telah merilis data yang menunjukkan efisiensi lebih dari 90 persen, setelah uji coba dengan puluhan ribu orang.

Baca juga: Tim Riset Optimistis Efektivitas Vaksin Sinovac di RI Bisa Capai 90 Persen

CoronaVac dan empat vaksin eksperimental lainnya yang dikembangkan di China saat ini sedang menjalani uji coba tahap akhir untuk menentukan keefektifannya dalam mencegah Covid-19.

Temuan Sinovac, yang diterbitkan dalam jurnal yang ditinjau oleh rekan sejawat di jurnal medis The Lancet Infectious Diseases, berasal dari hasil uji klinis fase I dan fase II di China yang melibatkan lebih dari 700 peserta.

“Temuan kami menunjukkan bahwa CoronaVac mampu memicu respons antibodi yang cepat dalam empat minggu setelah imunisasi dengan memberikan dua dosis vaksin pada interval 14 hari," ujar salah satu peneliti, Zhu Fengcai.

"Kami percaya bahwa vaksin ini cocok untuk penggunaan darurat selama pandemi," lanjut dia.

Selain itu, peneliti mengatakan, uji coba fase III sangat penting untuk menentukan apakah respons kekebalan yang dihasilkan CoronaVac cukup untuk melindungi orang dari infeksi virus corona.

Saat ini Sinovac tengah menjalankan tiga uji coba Fase III di Indonesia, Brasil, dan Turki.

Baca juga: Pfizer Adakan Percontohan Pengiriman Vaksin Covid-19, ke Mana Saja?

Dapat disimpan di kulkas

Seorang peneliti Sinovac yang terlibat dalam studi CoronaVac, Gang Zeng, mengatakan vaksin bisa menjadi pilihan yang menarik karena dapat disimpan pada suhu lemari es normal yakni 2 sampai 8 derajat celsius.

Saat penyimpanan ini, vaksin Sinovac dapat tetap stabil hingga tiga tahun lamanya.

Dilansir dari BBC, (18/11/2020), CoronaVac memicu tanggapan kekebalan yang cepat, meski penelitian yang dilakukan pada bulan April dan Mei tahun ini tidak memberikan persentase tingkat keberhasilan vaksin.

Salah satu peneliti, Zhu Fengcai, mengatakan uji coba tersebut didasarkan pada 144 peserta dalam uji coba fase I dan 600 peserta dalam uji coba fase II, yang berarti vaksin itu cocok untuk penggunaan darurat.

Diketahui, uji coba vaksin Sinovac di Brasil sempat dihentikan pekan lalu. Uji coba dilanjutkan setelah kematian seorang sukarelawan yang dilaporkan ternyata tidak terkait dengan vaksin tersebut.

Baca juga: Moderna Umumkan Vaksin Corona Miliknya 94,5 Persen Efektif

Vaksin yang diklaim 90 persen efektif

Dalam beberapa hari terakhir, ada sejumlah kabar terkait kemajuan pembuatan vaksin virus corona.

Pertama, vaksin Jerman-AS oleh Pfizer dan BioNtech dilaporkan lebih dari 90 persen efektif untuk mengatasi Covid-19 berdasarkan uji coba tahap akhir dengan lebih dari 43.000 orang.

Kedua, perusahaan AS, Moderna, menyatakan vaksin virus corona yang diproduksinya diklaim menunjukkan efisiensi 94,5 persen, juga setelah uji coba tahap akhir yang besar.

Ketiga, vaksin Covid-19 asal Rusia dilaporkan 92 persen efektif setelah uji coba dengan 16.000 sukarelawan. Vaksin ini juga sudah diberikan persetujuan untuk penggunaan darurat di Rusia pada Agustus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com