Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Kandidat Vaksin Virus Corona Capai Fase 3, Kapan Siap Diberikan?

Kompas.com - 17/10/2020, 10:35 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Proses pengembangan vaksin untuk virus corona Covid-19 masih terus berjalan.

Melansir The Guardian (14/10/2020), sejauh ini ada lebih dari 170 vaksin sedang diteliti, dan sebanyak 11 kandidat telah mencapai tahap 3. Berikut ini daftaranya: 

  1. Universitas Oxford / AstraZeneca
  2. BioNTech / Fosun Pharma / Pfizer
  3. Novavax
  4. CanSino Biologics Inc./Beijing Institute of Biotechnology
  5. Moderna / NIAID
  6. Sinovac
  7. Wuhan Institute of Biological Products/Sinopharm
  8. Janssen Pharmaceutical Companies
  9. Gamaleya Research Institute
  10. Beijing Institute of Biological Products/Sinopharm
  11. University of Melbourne/Murdoch Children’s Research Institute

Banyak orang bertanya-tanya, apakah proses pembuatan vaksin membutuhkan waktu lama?

Apa saja proses yang harus dilalui hingga nantinya muncul satu vaksin yang disetujui, siap didistribusikan dan digunakan?

Tahapan uji coba

Melansir ABCsebuah vaksin akan dinyatakan aman, efektif, dan siap digunakan secara luas ketika sudah terbukti cukup aman dan efektif digunakan manusia untuk menjaga kekebalan dari virus. 

Untuk mengetahui apakah vaksin aman dan efektif, para ahli atau perusahaan pengembang akan melakukan uji coba vaksin kepada hewan dan manusia dalam beberapa tahap.

Baca juga: Vaksin Corona Disebut Siap November, Bagaimana Pemeriksaan Halal dari MUI?

Biasanya untuk uji pada manusia akan terdiri dari tiga tahap yang pelaksanaannya membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.

Pada tahap pertama, jumlah orang yang menjadi relawan penerima vaksin masih sedikit, kemudian jumlahnnya bertambah banyak di setiap tahap selanjutnya.

Setelah diberikan dalam tiga tahap, akan dilakukan evaluasi terhadap hasil uji coba tersebut.

Adakah laporan tertentu yang datang dari para relawan setelah menerima vaksin, misalnya timbul efek samping, infeksi, keluhan, atau semua berjalan baik-baik saja, dan sebagainya.

Selain itu, dari jumlah relawan yang ada, tidak semua mendapatkan vaksin yang sesungguhnya, sebagian yang lain mendapatkan plasebo atau obat kosong untuk kontrol penelitian.

Jika relawan yang mendapatkan plasebo ternyata lebih banyak yang terinfeksi atau mengalami infeksi dengan gejala berat sementara penerima vaksin tidak, itu berarti vaksin sudah bekerja secara efektif.

Ini mengingat vaksin dirancang memang untuk mengurangi potensi infeksi dan meringankan gejala mereka yang sudah terinfeksi.

Untuk diketahui, sepanjang uji coba tahap 1-3 berlangsung, prosesnya dievaluasi secara berkala oleh badan khusus yang memiliki kewenangan untuk mengakhiri proses uji coba, apabila hasil yang ditunjukkan terlalu membahayakan.

Persetujuan

Jika hasilnya menunjukkan efektivitas dan keamanan penggunaan, data-data yang ada kemudian diserahkan pada badan pemeriksa obat dan makanan untuk ditelaah lebih lanjut dan mendapatkan lisensi atau persetujuan.

Badan Pemeriksa Obat dan Makanan AS (FDA) menyebut vaksin harus melindungi minimal 50 persen orang yang divaksinasi untuk dipertimbangan dan mendapat persetujuan penuh.

Di sana, data akan diperiksa Komite Penasihat yang terdiri dari 15 orang ahli yang sebagian besar merupakan spesialis penyakit menular.

Setelah itu, rekomendasi akan diteruskan ke Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi, kemudian kembali diteruskan pada Komisaris FDA, Stephen Hahn.

"Saya berjanji pada Anda bahwa ketika data tersedia, FDA akan meninjaunya, menggunakan proses ilmiah yang ketat dan penuh pertimbangan," kata dia.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Bisa Digunakan Meski Tak Halal, Wapres: Situasi Darurat

Langkah inilah yang sudah dilakukan oleh perusahaan bidang kesehatan di Amerika Serikat, Pfizer.

"Kami berharap pada akhir Oktober akan memiliki cukup data untuk mengatakan apakah (vaksin) berfungsi atau tidak. Jika cukup, kami dapat mengatakan apakah produk tersebut aman dan efektif dan segera mengirimkannya untuk mendapat persetujuan," kata CEO Pfizer, Albert Bourla.

Namun, pengiriman data ini bukan berarti vaksin siap didistribusikan dan digunakan oleh masyarakat.

"Anggapan vaksin akan siap digunakan pada akhir Oktober atau awal November, saya anggap konyol. Itu tidak mungkin terjadi," kata Profesor Bioetika dari New York University, Arthur Caplan.

Kecuali, jika ada tekanan politik atau tekanan tertentu yang membuat FDA mengeluarkan persetujuan penggunaan darurat, bukan berdasarkan izin yang diberikan secara penuh.

Misalnya Presiden AS Donald Trump yang mendesak vaksin segera tersedia sebelum Pilpres berlangsung, 3 November 2020.

Baca juga: Wapres Minta Masyarakat Dukung Upaya Pemerintah Siapkan Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com