KOMPAS.com - Para siswa di sekolah al-Wehdah, Taiz, Yaman kembali memulai tahun ajaran baru dengan kondisi bangunan yang hancur akibat dihantam artileri.
Di antara atap gedung yang runtuh dan puing-puing dinding sekolah, mereka terlihat antusias belajar di hari pertamanya.
Tak ada pintu kelas dan jendela, apalagi meja untuk belajar.
Para siswa juga hanya menggunakan buku lama untuk mencatat pelajaran mereka saat duduk di ruang kelas dengan didampingi oleh beberapa guru.
Di Yaman, hampir sepertiga anak-anak tidak dapat kembali ke sekolah. Para siswa di sekolah al-Wehdah termasuk yang beruntung.
Sekolah al-Wehdah hancur akibat serangan udara pada 2016 silam.
Pupils start the new school year in Taez, Yemen pic.twitter.com/O52B5idWij
— James Denselow (@jamesdenselow) October 8, 2020
Ali Sultan, salah satu orang tua siswa menunjukkan sebuah tanda peringatan dengan huruf merah yang tertulis di dinding pembatas.
"Waspadalah terhadap ranjau," bunyi tanda peringatan itu.
Sekolah tersebut terletak di tengah-tengah ladang ranjau yang sebagian telah dibuka agar para siswa bisa kembali belajar.
"Kami dihadapkan pada pilihan yang sulit, meninggalkan mereka di rumah atau menghadapi risiko membawa mereka ke sini untuk belajar di reruntuhan ini," kata Sultan, dikutip dari AFP, Jumat (9/10/2020).
Para siswa itu kembali ke sekolah setahun setelah pemogokan.
Baca juga: Perjanjian Pertukaran 1.081 Tahanan jadi Harapan Penyelesaian Perang di Yaman
Menurut Sultan, mereka telah melewati masa-masa sulit akibat pertempuran di wilayah yang dikuasai oleh pasukan pemerintah itu.
Direktur Pendidikan Provinsi Taiz Abdel Wassae Chaddad mengatakan, tercatat ada 47 sekolah di Taiz yang hancur total akibat peperangan.
Menurutnya, ia terpaksa menutup sekolah-sekolah itu dan memberitahu siswa untuk pergi ke sekolah lain yang dapat menampung mereka.
Karena kondisi itu, beberapa terpaksa menempuh perjalanan jauh demi mendapat akses pendidikan.