Menurut dia, untuk kawasan Lamongan-Tuban, pada jam 8 malam ke atas sudah tidak ada lintasan tampak dari satelit aktif/sampah antariksa yang lewat ataupun jejak kondensasi pesawat komersial.
"Di sekitar jam yang sama juga tidak ada jadwal jatuhnya sampah antariksa ke atmosfer Bumi seperti dulu pernah kejadian di Madura," jelasnya.
Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan
Sementara, jika dikaitkan dengan meteor dan komet, Marufin menilai bahwa fenomena tersebut bukan keduanya.
"Bukan meteor karena jejak lintasannya baur/fuzzy dan mengesankan sangat lambat untuk ukuran meteor," ungkapnya.
"Bukan komet karena saat ini tidak ada komet kasat mata di langit kita," lanjutnya.
Baca juga: Lord Rayleigh, Penemu Fenomena Langit Merah seperti yang Terjadi di Jambi
Oleh karena itu, menurut Marufin, dari kemungkinan-kemungkinan yang ada, tinggal menyisakan sumber cahaya buatan manusia.
"Pertama, lampu pesawat. Meski kemungkinan kecil karena tidak kelihatan pola terang gelapnya," jelas Marufin.
Dugaan kedua adalah layang-layang berlampu dan ketiga adalah balon udara buatan sendiri.
Baca juga: Mengintip Makna dan Fungsi Lampu Warna-warni di Runway Bandara...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.