Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Infodemik Paling Banyak di 6 Negara, Termasuk Indonesia

Kompas.com - 27/09/2020, 09:00 WIB
Gloria Natalia Dolorosa

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian besar rumor, stigma, dan teori konspirasi yang tersebar di media sosial dan surat kabar online teridentifikasi di enam negara, salah satunya Indonesia.

Hal itu termuat dalam penelitian yang diterbitkan The American Society of Tropical Medicine and Hygiene dan dipublikasikan secara online pada 10 Agustus 2020.

Penelitian ini memeriksa infodemik yang mencakup rumor, stigma, dan teori konspirasi terkait Covid-19 yang tersebar di situs web agen pemeriksa fakta, Facebook, dan Twitter.

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap infodemik di surat kabar online serta dampaknya terhadap kesehatan publik. Informasi diambil dari 31 Desember 2019 hingga 5 April 2020.

Penelitian menyebutkan, dari 2.311 laporan terkait infodemik Covid-19 dalam 25 bahasa dari 87 negara, sebagian besar rumor, stigma, dan teori konspirasi teridentifikasi dari enam negara.

Negara-negara itu adalah India, Amerika Serikat, China, Spanyol, Indonesia, dan Brazil.

Sebagian besar yang terjadi di Indonesia adalah rumor. Rumor diartikan sebagai klaim, pernyataan, diskusi seputar Covid-19 yang relevan secara instrumental, tapi belum terverifikasi.

Penelitian menyimpulkan bahwa misinformasi yang dipicu rumor, stigma, dan teori konspirasi dapat memiliki sejumlah implikasi yang berpotensi serius pada individu dan komunitas.

"Pemerintah dan badan lain harus memahami pola rumor, stigma, dan teori konspirasi terkait Covid-19 yang beredar di dunia sehingga mereka bisa mengembangkan pesan komunikasi risiko yang sesuai," tulis penelitian berjudul COVID-19–Related infodemikc and Its Impact on Public Health: A Global Social Media Analysis itu.

Studi sebelumnya juga menemukan bahwa orang kerap mengunjungi situs web badan kesehatan internasional dan kementerian kesehatan untuk mendapat informasi yang kredibel.

"Kami merekomendasikan pemerintah dan badan kesehatan terus mempublikasikan informasi yang benar dan tepat konteks, didukung bukti ilmiah mengenai Covid-19 di situs web mereka," sebut penelitian itu.

Selain itu, badan nasional dan internasional, termasuk lembaga pemeriksa fakta, sebaiknya tidak hanya mengidentifikasi serta mengungkap rumor dan teori konspirasi saja. Mereka juga sebaiknya melibatkan perusahaan media sosial untuk menyebarkan informasi yang benar.

Rumor Beredar Kencang  

Penelitian mengidentifikasi 2.311 laporan berkaitan dengan infodemik Covid-19 dalam 25 bahasa dari 87 negara. Dari jumlah ini, sebanyak 2.048 (89 persen) dikategorikan sebagai rumor, 182 (7,8 persen) sebagai teori konspirasi, dan 82 (3,5 persen) sebagai stigma.

Dari seluruh kategori informasi yang ditelusuri, klaim terkait dengan penyakit, penularan dan kematian mencapai 24 persen, sedangkan tindakan pengendalian 21 persen.

Sementara, pengobatan dan penyembuhan 19 persen, penyebab penyakit termasuk asal penyakit 15 persen, kekerasan 1 persen, serta lain-lain 20 persen.

Area tematik utama rumor, stigma, dan teori konspirasi terkait Covid-19.The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene Area tematik utama rumor, stigma, dan teori konspirasi terkait Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com