Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Sebut Bulan Memiliki Tingkat Radiasi yang Berbahaya

Kompas.com - 26/09/2020, 19:50 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penjelajah bulan di masa depan akan menerima radiasi dua hingga tiga kali lebih banyak daripada astronot di Stasiun Luar Angka (ISS).

Agar terhindar dari radiasi itu, dibutuhkan tempat berlindung dengan dinding tebal.

Hal ini merupakan temuan tim peneliti China-Jerman di sisi jauh bulan dengan memberikan pengukuran penuh pertama pada paparan radiasi dari permukaan bulan.

Informasi tersebut penting bagi NASA dan pihak lainnya yang memiliki tujuan untuk mengirim astronot ke bulan.

"Ini adalah pencapaian luar biasa dalam arti bahwa kami sekarang memiliki kumpulan data yang dapat digunakan untuk mengukur radiasi kami dan lebih memahami potensi risiko bagi orang-orang di bulan," kata fisikawan dari German Space Agency's, dikutip dari Independent, Jumat (26/9/2020).

Astronot akan menerima radiasi 200 hingga 1.000 kaki lebih banyak di bulan daripada di Bumi atau setara lima hingga sepuluh kali lebih banyak dibandingkan penumpang dalam penerbangan trans-Antartika.

"Perbedaannya adalah, kami tidak dalam penerbangan seperti itu selama astronot akan menjelajahi bulan," kata Wimmer-Schweingruber dari Christian-Albrechts University, Jerman.

Kanker merupakan risiko utama radiasi.

Baca juga: Video NASA Uji Mesin untuk Misi Ruang Angkasa ke Bulan

Menurut Wimmer-Schweingruber, tubuh manusia tidak diciptakan untuk tingkat radiasi sebesar itu dan dibutuhkan pelindung diri ketika berada di bulan.

Ia menambahkan, tingkat radiasi kemungkinan hampir sama di seluruh bagian bulan, kecuali di dekat dinding kawah yang dalam.

"Pada dasarnya, semakin sedikit Anda melihat langit, semakin baik. Itu sumber utama radiasi," jelas dia.

Pakar radiasi luar angkasa di Jhonson Space Center Kerry Lee, menyebutkan, tingkat radiasi yang diukur hampir sama persis dengan pengukuran oleh detektor pada pengorbit NASA yang telah mengelilingi bulan selama lebih dari satu dekade.

"Sangat menyenangkan melihat konfirmasi dari apa yang kami pikirkan dan pemahaman kami tentang bagaimana radiasi berkaitan dengan bulan seperti yang diharapkan," kata Lee.

Pekan ini, NASA menyebutkan, pasangan astronot pertama di bawah program Artemis yang mendarat di bulan akan menghabiskan waktu sekitar satu minggu di permukaan bulan.

Baca juga: Virus Corona Mewabah di Bumi, Misi ke Bulan dan Mars Kena Dampaknya

Ini merupakan dua kali lebih lama dari yang dilakukan awak Apollo setengah abad yang lalu. Ekspedisi akan berlangsung satu hingga dua bulan setelah basecamp didirikan.

NASA berencana menempatkan astronot di bulan pada akhir 2024, lebih cepat dari proyeksi Gedung Putih pada 2030.

Badan antariksa mengatakan akan memiliki detektor radiasi dan tempat berlindung yang aman di atas semua kapsul awak Orion yang terbang ke bulan.

Para peneliti Jerman menyarankan tempat berlindung yang dibangun dari tanah bulan untuk masa tinggal beberapa hari dan memiliki tebal dinding 80 centimeter.

Hasil studi tersebut telah diterbitkan di Jurnal AS, Science Advance.

Baca juga: NASA Rekrut Astronot untuk Misi ke Bulan dan Mars, Ini Kriterianya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Tren
5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

Tren
[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

Tren
Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Tren
10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

Tren
Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Tren
Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Tren
Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Tren
6 Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Saat Olahraga, Apa Saja?

6 Suplemen yang Bisa Dikonsumsi Saat Olahraga, Apa Saja?

Tren
Kemenhub Pangkas Bandara Internasional dari 34 Jadi 17, Ini Daftarnya

Kemenhub Pangkas Bandara Internasional dari 34 Jadi 17, Ini Daftarnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com