Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Coba Vaksin Corona Johnson & Johnson Tunjukkan Respons Kekebalan Tubuh Kuat

Kompas.com - 26/09/2020, 11:33 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

"Secara keseluruhan, vaksin melakukan apa yang diharapkan jika memindahkannya ke uji coba tahap 3," ujar Dr. Barry Bloom, seorang profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan yang tidak terlibat dalam uji coba J&J.

Hasilnya menunjukkan bahwa respons kekebalan pada orang tua kemungkinan tidak sekuat itu.

Vaksin J&J

Dilansir nytimes, walaupun vaksin J&J berada beberapa bulan di belakang kandidat vaksin lain, tapi uji coba vaksin lanjutannya sejauh ini menjadi yang terbesar, melibatkan 60.000 peserta.

Vaksin yang dikembangkan berpotensi mempunyai keunggulan konsekuensial dibandingkan beberapa pesaingnya, karena penggunaan teknologi yang mempunyai catatan keamanan panjang untuk vaksin penyakit lain.

Baca juga: Bagaimana Vaksin Flu dapat Membantu Melawan Covid-19?

Vaksin yang dibuat kemungkinan hanya memerlukan satu suntikan, bukan dua. Hal ini penting, mengingat seluruh populasi di dunia membutuhkan vaksinasi.

Selain itu, vaksin tak harus dibekukan saat dikirim ke rumah sakit dan tempat lain yang akan diberikan kepada pasien.

Hal tersebut bisa menyederhanakan logistik dari ratusan juta dosis vaksin.

Vaksin yang dikembangkan J&J menggunakan adenovirus untuk membawa gen dari virus corona ke dalam sel manusia.

Sel kemudian menghasilkan protein virus, tapi bukan virus corona itu sendiri. Protein ini berpotensi dapat memperkuat sistem kekebalan untuk melawan infeksi selanjutnya oleh virus.

Vaksin adenovirus harus disimpan dalam lemari es tapi tidak dibekukan, tidak seperti dua vaksin yang dikembangkan Moderna dan Pfizer, yang bergantung pada potongan materi genetik yang dikenal sebagai mRNA.

Persyaratan pembekuan dapat mempersulit pendistribusian vaksin, terutama ke tempat-tempat yang tidak memiliki fasilitas medis canggih.

Baca juga: 75 Negara Ingin Bergabung dengan Skema COVAX untuk Vaksin Corona

Teknologi adenovirus yang digunakan dalam uji coba J&J dikembangkan Dr. Barouch pada awal tahun 2000-an.

Perusahaan memperoleh dan menggunakannya dalam pembuatan vaksin Ebola, HIV, virus pernapasan, dan Zika.

Secara keseluruhan, 100.000 orang telah menerima vaksin adenovirus dalam uji klinis untuk keempat penyakit tersebut, tanpa efek samping yang serius.

Vaksin Ebola J&J dilisensikan di Eropa pada bulan Juni.

Sebaliknya, desain untuk tiga vaksin virus corona lainnya dalam uji coba tahap tiga di Amerika Serikat belum memiliki izin untuk mengobati penyakit apa pun.

Jenis adenovirus yang berbeda sedang digunakan dalam uji coba vaksin virus corona AstraZeneca, yang dihentikan sementara di Amerika Serikat karena masalah keamanan.

Baca juga: Sinovac China Akan Uji Coba Vaksin Virus Corona pada Remaja dan Anak-anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com