Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Disinfeksi di Jalan Raya Efektif? Ini Kata Epidemiolog

Kompas.com - 26/09/2020, 08:28 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyemprotan cairan disinfektan menjadi tren di berbagai daerah di Indonesia sejak pandemi virus corona.

Disinfeksi dilakukan untuk membunuh mikroorganisme termasuk virus corona. Akan tetapi, disinfeksi perlu dilakukan dengan benar.

Salah satu pemerintah daerah yang rutin melakukan disinfeksi adalah Jakarta. Lewat akun Instagram @humajakfire, pada hari Minggu (20/9/2020), diketahui ada penyemprotan disinfektan di fasilitas umum.

Dalam unggahan itu terlihat petugas berbaju hazmat merah tengah menyemprot jalan raya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 

Minggu (20/09/2020) Giat penyemprotan disinfektan fasilitas umum di Jl. Sultan Iskandar Muda dan Jl KH. M. Syafii Hadzami, Kel. Kebayoran Lama Selatan, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 1 unit light presure, 2 sprayer dan 6 personil #DamkarDKI dari Sektor I Kebayoran Lama dikerahkan untuk proses disinfeksi. Mari tingkatkan disiplin, ingatkan sesama, saling menjaga, bersama kita putuskan rantai COVID-19. Jalankan 3M: Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak. Dan yang terpenting batasi aktivitas keluar rumah hanya untuk keperluan esensial. #DamkarDKI #CepatResponJKT #StaySafe #JKTInfo - @aniesbaswedan @bangariza @dkijakarta @dprddkijakarta

Sebuah kiriman dibagikan oleh Pemadam DKI Jakarta (@humasjakfire) pada 19 Sep 2020 jam 11:25 PDT

Baca juga: Disinfeksi Kawasan Malioboro, PKL Tutup Setengah Hari

Tak hanya itu, pada Rabu (23/9/2020), melalui akun yang sama terlihat adanya penyemprotan disinfektan di Sektor IV Kelapa Gading, Jakarta Utara, oleh pemadam kebakaran.

Lalu, apakah disinfeksi di jalan raya efektif membasmi virus corona?

Konfirmasi Epidemiolog

Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo, mengatakan disinfeksi atau menyemprot disinfektan di jalan raya buang-buang uang dan tidak efektif.

"Jalanan kalau disemprot tidak ada gunanya, efektivitasnya kecil karena orang tidak akan berjalan di jalan raya. Terus untuk apa disemprot di situ?" ujar Windhu saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

Dia menjelaskan, hakikat disinfeksi adalah untuk pencegahan virus corona yang menyebar lewat droplet atau tetesan.

Droplet keluar dari tubuh manusia lewat batuk, bersin, dan sebagainya. Lalu, droplet bisa menempel di berbagai tempat.

Menurut Windhu droplet yang menempel di benda-benda sering dipegang manusia perlu dibersihkan dengan disinfektan. Benda-benda itu seperti gagang pintu, tombol lift, kran air, dan sebagainya.

"Kalau kita mau melakukan disinfeksi, disinfeksilah benda-benda atau tempat-tempat yang mungkin akan dipegang oleh orang, itu prinsipnya," kata Windhu.

Baca juga: Pasar di Jakarta dengan Hasil Swab Negatif Akan Ditutup untuk Disinfeksi

Selain itu, disinfeksi bisa juga di tempat-tempat tertutup seperti gedung, lorong yang biasa dilewati manusia, bioskop, dan sebagainya.

Diungkapkannya, hal itu karena di tempat tertutup virus corona bisa lebih lama bertahan hidup. Maka di lorong itu bisa didisinfeksi, termasuk dindingnya.

Dia tidak menyarankan melakukan penyemprotan di jalan raya, pada tubuh manusia, bahkan di pepohonan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

Tren
Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Tren
Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Tren
Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com