Menjelang 2020, gelombang generasi muda usia 20-40 tahun sudah mulai menempati posisi penting dalam dunia kerja.
Namun, sejumlah pemimpin perusahaan dari generasi yang lebih tua sudah mulai mengeluh tentang perilaku kaum pekerja milenial. Mereka dipandang negatif karena berperilaku dan mempertontonkan gaya kerja yang tidak sama dengan generasi sebelumnya.
Generasi Milenial memiliki beberapa ciri/karakter.
Pertama, confidence: sangat percaya diri,, berani mengemukakan pendapat dan tak sungkan berdebat di depan publik.
Kedua, creative: biasa berpikir out of the box, kaya akan ide dan gagasan.
Ketiga, connected, pandai bersosialisasi dan aktif berselancar di media sosial dan internet (Hasanuddin Ali & Lilik Purwandi,‘Milenial Nusantara’(2017: xix)
Ciri ketiga berkaitan penguasaan teknologi informasi (digital) yang disebut Tech-Savvy. Ini mungkin terjadi karena generasi Millenial tumbuh berbarengan kemajuan pesat teknologi. Mereka memandang teknologi sebagai lingkungan sosial baru dan mengandalkannya untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik.
Berbekal smartphone, laptop, dan gadget lainnya, generasi ini terkoneksi 24/7: sepanjang 24 jam sepanjang sepekan atau 7 hari.
Mereka suka berkomunikasi melalui e-mail, pesan teks, dan platform media sosial baru apa pun (misalnya, Twitter, Instagram) yang digunakan teman dan kolega. Ini adalah generasi yang bahkan tidak bisa membayangkan dunia tanpa internet atau ponsel.
Fenomena serupa berkembang pula di Indonesia. Situs databoks.katadata.co.id menyebutkan, per 26 Ferbuari 2020, pengguna internet Indonesia mencapai 175,3 juta atau 64 persen dari total penduduk Indonesia.
Mayoritas pengguna tersebut menggunakan ponsel, yaitu sebanyak 171 juta atau 98 persen dari pengguna internet Indonesia.
Survei yang dilakukan oleh IDN Research Institute bekerja sama dengan Alvara Research Center di 12 kota besar di Indonesia bertajuk Indonesia Millennium Report 2019 menunjukkan bahwa sekitar 94,4 persen generasi milenial Indonesia sudah terhubung dengan internet. Bahkan sebagian besar dari mereka telah mengalami kecanduan atau ketergantungan pada internet.
Sebelumnya, Global Web Index mencatat Indonesia memiliki tingkat pengguna e-commerce tertinggi di dunia. Laporan yang dirilis We Are Social ini menyebutkan 96 persen pengguna internet di Indonesia pernah mencari produk atau layanan untuk dibeli secara online.
Kaum milenial yang tech-savvy dan menggandrungi e-commerce adalah suatu berkah tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Sebab, pada 2018, McKinsey memprediksikan bahwa pada 2030 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia. setelah Cina, Amerika Serikat, India, Brasil, Meksiko, dan Rusia.
Prediksi ini dibuat berdasarkan tren e-commerce Indonesia yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan pengguna internet yang besar, dan mayoritasnya adalah kaum milenial.