Virus corona disebut para peneliti mengeksplotasi mesin sel otak untuk berkembang biak dan tidak menghancurkannya.
Akan tetapi mereka menyebabkan sel-sel sekitar layu dan mati akibat kekurangan oksigen.
Para peneliti tak menemukan bukti bagaimana respons tubuh mampu mengatasi hal tersebut.
“Ini semacam infeksi diam-diam,” kata Dr Iwasaki.
Ia menilai virus memiliki banyak mekanisme penghindaran.
“Temuan ini sendiri senada dengan pengamatan lain pada organoid yang terinfeksi virus corona,” ujar Alysson Muotri, seorang Ahli Saraf di Universitas of California San Diego.
Muotri menduga virus corona menurunkan dengan cepat jumlah sinapsis yang merupakan penghubung antar neuron.
“Beberapa hari setelah infeksi, dan kami sudah melihat penurunan dramatis dalam jumlah sinapsis,” kata Dr Muotri.
Baca juga: 86 Persen Dokter di Inggris Meyakini Puncak Kedua Pandemi Akan Terjadi
Sejauh ini virus dipercaya menginfeksi sel melalui protein permukaan yang disebut ACE 2.
Protein ini muncul di seluruh tubuh utamanya paru-paru yang kemudian menjelaskan mengapa paru-paru menjadi sasaran virus.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berdasarkan proksi tingkat protein, otak memiliki sangat sedikit ACE 2 sehingga kemungkinan besar akan terhindar dari serangan virus corona.
Akan tetapi dari studi Iwasaki dan rekannya mereka menemukan virus mungkin memang dapat memasuki sel-sel otak melalui pintu tersebut.
Tim Iwasaki kemudian mengamati dua sel tikus yang diperlakukan berbeda.
Satu dengan diberi paparan reseptor ACE 2 yang diekspresikan di otak sedangkan yang lain dengan reseptor hanya dipaparkan di paru-paru.
Hasilnya saat virus dimasukan ke tikus, ia yang terinfeksi ke otak lebih cepat kehilangan berat badan dan mati dalam enam hari.