Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Covid-19 Lebih Mematikan pada Orang dengan Obesitas?

Kompas.com - 13/09/2020, 18:46 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Musim semi lalu, setelah berhari-hari merasakan flu dan demam, seorang pria tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pusat Kesehatan Universitas Vermont, Amerika Serikat.

Pria itu masih muda, sekitar 30 tahun, dan memilili seorang istri dan anak yang masih belia. Dia juga seorang pria yang sehat, kesehariannya disibukkan dengan mengurus bisnis kecilnya.

Masalahnya hanya satu, dia mengidap obesitas parah. Petaka terjadi ketika pria itu dinyatakan positif Covid-19.

Begitu tiba di rumah sakit, ia langsung dirujuk ke ruang ICU dan dipasangi ventilator. Naas, dua minggu kemudian pria itu meninggal dunia.

"Dia adalah pria muda, sehat, dan pekerja keras," kenang Mary Ellen Antokwiak, direktur medis ICU rumah sakit tersebut.

"Faktor terbesar yang membuat sakitnya demikian parah adalah obesitas," kata Antokwiak.

Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...

Melansir Science Magazine, Minggu (13/9/2020) sejak awal pandemi, berbagai penelitian telah melaporkan bahwa salah satu pasien Covid-19 yang menderita sakit paling parah, adalah para pengidap obesitas.

Dalam beberapa minggu terakhir, temuan itu semakin diperkuat setelah adanya penelitian-penelitian baru pada populasi yang lebih besar.

Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan, bahkan orang yang kelebihan berat badan memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak.

Risiko kematian lebih tinggi 

Dalam metaanalisis yang diterbitkan pada 26 Agustus di Obesity Reviews, tim peneliti internasional mengumpulkan data dari sejumlah makalah yang mencakup 399.000 pasien.

Mereka menemukan bahwa pengidap obesitas yang tertular virus corona, 113 persen lebih mungkin untuk dirawat di rumah sakit dibandingkan orang dengan berat badan sehat.

Lebih lanjut, 74 persen orang dengan obesitas lebih mungkin untuk dirawat di ICU, dan 48 persen memiliki kemungkinan besar meninggal dunia yang lebih besar.

Kombinasi faktor fisiologis dan sosial, disinyalir menjadi penyebab hal tersebut. Pengidap obesitas rentan mengalami gangguan kekebalan, peradangan kronis, dan darah yang rentan menggumpal.

Semua faktor itu, dapat memperburuk penyakit Covid-19. Selain itu, pengidap obesitas kerap mendapat stigma dari masyarakat, sehingga mereka mungkin memilih untuk menghindari perawatan medis.

“Kami tidak memahami sejak awal apa faktor risiko utama obesitas. Baru belakangan ini kami menyadari dampak yang mengerikan dari obesitas, terutama pada kelompok usia yang lebih muda,” kata Anne Dixon, seorang dokter dan ilmuwan yang mempelajari obesitas dan penyakit paru-paru di Universitas Vermont.

Baca juga: Studi: Obesitas Dapat Memperparah Covid-19

Penyebab melonjaknya Covid-19 di AS

Obesitas ditengarai menjadi penyebab dahsyatnya efek pandemi Covid-19 di Amerika Serikat. Negara itu mencatat, sedikitnya ada 40 persen orang dewasa yang mengidap obesitas.

Pengidap obesitas lebih mungkin, daripada orang dengan berat badan normal, untuk memiliki penyakit lain yang merupakan faktor risiko independen untuk Covid-19 parah, termasuk penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan diabetes.

Mereka juga rentan terhadap sindrom metabolik, di mana kadar gula darah, kadar lemak, atau keduanya tidak sehat dan tekanan darah mungkin tinggi.

Sebuah studi baru-baru ini dari Universitas Tulane terhadap 287 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, menemukan bahwa sindrom metabolik itu sendiri secara substansial meningkatkan risiko masuk ICU, ventilasi, dan kematian.

Tanda-tanda obesitas

Mengutip laman resmi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2TPM) ada sejumlah tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mengidap atau berisiko obesitas, yaitu:

  • Adanya keluhan seperti mendengkur (snoring) dan nyeri pinggul.
  • Terdapat timbunan lemak di atas dada, leher, muka, lengan, bawah perut, pinggul, paha, perut atas, pinggang, dan perut bawah.
  • Riwayat sosial/ psikologis misalnya stres.
  • Riwayat keluarga yaitu orang tua dengan kelebihan berat badan dan obesitas.
  • Riwayat mengonsumsi obat-obatan seperti obat untuk menggemukan badan, terapi hormonal tertentu, steroid, dan lain-lain.
  • Riwayat berat badan sebelumnya.

Baca juga: Alasan Orang dengan Obesitas Lebih Berisiko Tinggi jika Terinfeksi Virus Corona

Sementara itu, penyebab seseorang mengidap obesitas, selain pola makan, salah satunya adalah akibat pola aktivitas, yaitu: 

  • Sering menonton televisi, bermain komputer, dan games tanpa melakukan aktivitas lebih dari 2 jam per hari.
  • Kurang latihan fisik.
  • Aktivitas fisik yang dilakukan secara terus menerus kurang dari 30 menit per hari.
  • Kurang gerak (misalnya lebih senang menggunakan kendaraan bermotor daripada jalan kaki, menggunakan lift daripada tangga, dsb).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap obesitas antara lain: genetik, ketidakseimbangan hormonal, terapi obat tertentu seperti kortikosteroid, kontrasepsi oral, gangguan psikologis (stres), dan kondisi medis lainnya.

Baca juga: Mengenal Malaise, Salah Satu Gejala Ringan Pasien Terinfeksi Covid-19

P2PTM Kemenkes RI Penyebab Obesitas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com