“Itu seperti menuangkan bensin ke api yang membara,” kata Dr Dariush Mozaffarian, seorang peneliti obesitas dan dekan dari sekolah ilmu gizi dan kebijakan Universitas Tufts, Boston.
Bahkan jika orang yang mengalami obesitas tidak didiagnosis menderita diabetes atau penyakit jantung, menurut Mozaffarian kesehatan mereka mungkin tidak optimal.
Sebelumnya, sebuah studi menemukan peningkatan risiko kematian akibat Covid-19 pada orang dengan obesitas berat, tetapi hanya di antara pria.
Salah satu penulis studi yang meneliti penyakit menular di Kaiser Permanente di California Selatan, Sara Tartof, menjelaskan penemuan itu dapat mencerminkan pria cenderung membawa lemak di sekitar perut.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Diabetes Hanya Terjadi pada Orang Obesitas?
Jenis lemak itu lebih terkait dengan produksi hormon yang dapat berkontribusi pada penyakit yang lebih parah.
Para ilmuwan juga sedang menjajaki apakah ada sesuatu yang spesifik tentang virus corona itu sendiri yang membuat orang gemuk lebih rentan menjadi sangat sakit.
Komplikasi dalam perawatan juga bisa muncul setelah dirawat di rumah sakit. Untuk membantu pernapasan, misalnya, dokter meletakkan alat di perut para pasien Covid-19.
Tapi itu bisa jadi sulit bagi penderita obesitas, sehingga lebih mungkin mereka memakai ventilator.
Ada kekhawatiran lainnya dari para peneliti. Vaksin Covid-19 nantinya mungkin tidak akan efektif bagi para penderita obesitas, tak seperti pada orang normal lainnya.
Kondisi itu seperti yang terjadi pada vaksin flu dan vaksin lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.