Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Klaster Keluarga, Lakukan Ini jika Saudara Anda Positif Covid-19

Kompas.com - 07/09/2020, 14:02 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kemunculan klaster penularan baru Covid-19, yakni klaster keluarga, menimbulkan kekhawatiran baru di masyarakat.

Pemerintah, termasuk Presiden Joko Widodo, mengingatkan bahwa virus corona (Covid-19) juga bisa menular di rumah yang dihuni sebuah keluarga.

Oleh karena itu, Presiden meminta agar masyarakat berhati-hati, serta tetap mematuhi protokol kesehatan saat berada di rumah.

Hal ini penting dilakukan sebagai upaya mencegah meluasnya penularan lewat klaster keluarga.

Klaster keluarga menunjukkan bahwa Covid-19 sudah merambah ke unit terkecil dalam masyarakat.

Ditambah dengan kebutuhan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti bekerja di luar rumah, maka kewaspadaan dan pengetahuan pencegahan penularan mutlak dibutuhkan.

Baca juga: Seperti Ini Gejala Ringan, Sedang, dan Berat pada Pasien Covid-19

Apa yang perlu diperhatikan dan apa yang harus dilakukan jika ada keluarga serumah yang positif Covid-19?

Juru Bicara Satgas Covid-19 RS Universitas Sebelas Maret, Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika merasa diri sendiri bergejala, atau dinyatakan positif Covid-19.

Tonang menyebutkan, hal pertama yang harus segera dilakukan adalah isolasi mandiri sesuai dengan pedoman dari Kementerian Kesehatan.

"Kemudian, beritahukan ke Puskesmas atau Dinkes setempat, serta beri daftar orang-orang yang kontak erat sejak 2 hari sebelum timbul gejala atau diambil swab yang memberi hasil positif," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020).

Tonang mengatakan, bila gejala yang dirasakan bertambah, maka segera hubungi rumah sakit untuk mendapat perawatan yang lebih memadai.

Hal tersebut juga dilakukan bila ada anggota keluarga yang bergejala, atau dinyatakan positif Covid-19.

"Anggota keluarga yang sehat, mengambil peran kontak dan komunikasi ke pihak terkait. Kemudian, mengawasi berjalannya isolasi mandiri anggota keluarga yang sakit," ujar Tonang.

Baca juga: Berpacu dengan Waktu, Menemukan Penyebab Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19

Jika anggota keluarga dirawat di RS

Kondisi ruang isolasi di RSUD Klungkung, Bali.Istimewa Kondisi ruang isolasi di RSUD Klungkung, Bali.
Bila ada anggota keluarga yang dinyatakan positif Covid-19 dan harus dirawat di rumah sakit, Tonang menyebutkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendukung mereka, meski tidak bisa menjenguk secara langsung.

Dua hal itu adalah:

  • Pertama, manfaatkan ponsel untuk tetap berkomunikasi dengan anggota keluarga yang sakit. 
  • Kedua, ada RS yang memfasilitasi komunikasi lewat CCTV ke ruang isolasi tempat keluarga sedang dirawat.

"Kita juga bisa mengirimkan makanan, buah-buahan, atau apa pun yang disukai pasien, melalui perawat ruang isolasi. Selama tidak ada catatan khusus terkait kondisi pasien, maka makanan dapat diberikan," kata Tonang.

Baca juga: Melihat Pola dan Penyebab Klaster Keluarga dalam Kasus Covid-19 di Dunia

Panduan isolasi mandiri 

Isolasi mandiri atau perawatan di rumah dilakukan terhadap orang yang bergejala ringan dan tanpa kondisi penyerta seperti penyakit paru, jantung, ginjal, dan kondisi immunocompromise.

Tindakan ini dapat dilakukan kepada pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan, dan kontak erat yang bergejala dengan tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan.

Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu fasilitas rawat inap tidak tersedia atau tidak aman.

Tata laksana isolasi mandiri disampaikan dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Revisi Ke-5 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan pada Juli 2020.

Pedoman lengkap dapat diunduh di sini. Berikut adalah tata laksana isolasi mandiri:

1. Perawatan

  • Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi yang baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka).
  • Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang baik.
  • Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur berbeda).
  • Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idealnya satu orang yang benar-benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan kekebalan.
  • Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan sampai pasien benar-benar sehat dan tidak bergejala.

2. Kebersihan tangan

  • Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan pasien atau lingkungan pasien.
  • Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor.
  • Jika tangan tidak tampak kotor dapat menggunakan handsanitizer, dan untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air dan sabun.
  • Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk bersih dan segera ganti jika sudah basah.

3. Penggunaan masker

  • Pasien menggunakan masker bedah jika berada di sekitar orang-orang yang berada di rumah atau ketika mengunjungi fasyankes (fasilitas layanan kesehatan) untuk mencegah penularan melalui droplet.
  • Anak berusia 2 tahun ke bawah tidak dianjurkan menggunakan masker.
  • Orang yang memberikan perawatan menggunakan masker bedah terutama jika berada dalam satu ruangan dengan pasien.
  • Masker tidak boleh dipegang selama digunakan. Jika masker kotor atau basah segera ganti dengan yang baru.
  • Buang masker dengan cara yang benar (jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari bagian belakang dengan memegang tali masker). Buang masker bedah segera dan segera cuci tangan.
  • Gunakan sarung tangan dan masker bedah jika harus memberikan perawatan mulut atau saluran nafas dan ketika kontak dengan darah, tinja, air kencing atau cairan tubuh lainnya seperti ludah, dahak, muntah dan lain-lain.
  • Cuci tangan sebelum dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.
  • Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.

4. Kebersihan rumah

  • Pisahkan alat makan untuk pasien (cuci dengan sabun dan air hangat setelah dipakai agar dapat digunakan kembali).
  • Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar mandi secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat digunakan, kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian larutan pemutih dan 9 bagian air).
  • Cuci pakaian, seprai, handuk, masker kain pasien menggunakan sabun cuci rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci dengan suhu air 60-90 derajat Celcius dengan detergen dan keringkan.
  • Tempatkan pada kantong khusus dan jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak langsung kulit dan pakaian dengan bahan-bahan yang terkontaminasi.
  • Menggunakan sarung tangan saat mencuci dan selalu mencuci tangan sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan.
  • Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan harus dibuang di tempat sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai kotoran infeksius.
  • Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya, seperti sikat gigi, alat makan-minum, handuk, pakaian dan sprei.
  • Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan rumah, maka selalu perhatikan APD dan ikut rekomendasi pencegahan penularan penyakit melalui droplet.

Baca juga: Satgas Covid-19 Siapkan 2 Tower Tambahan di Wisma Atlet sebagai Flat Isolasi Mandiri

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Virus Corona, Gejala dan Cara Pencegahannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

Tren
Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com