Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Bulan Virus Corona di Indonesia, Bagaimana Kondisi Pandemi Saat Ini?

Kompas.com - 02/09/2020, 14:45 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, Rabu (2/9/2020), tepat 6 bulan sejak kasus pertama Covid-19 di Indonesia dimumkan oleh Presiden RI Joko Widodo 2 Maret silam di Istana Negara. 

Setelah 6 bulan, kasus-kasus baru dan korban meninggal pun masih terus dilaporkan hingga saat ini.

Pandemi virus corona belum menunjukkan tanda-tanda menurun atau akan berakhir.

Berbagai upaya untuk memutus rantai penularan, mulai dari penyusunan protokol kesehatan, upaya pengembangan vaksin dan obat, hingga bantuan untuk masyarakat terdampak masih dilakukan.

Namun, bagaimana kondisi terkini dari pandemi Covid-19 di Indonesia?

Jumlah kasus

Terbaru, pada Selasa (1/9/2020), ada 2.775 kasus baru virus corona yang dilaporkan di Indonesia.

Dengan demikian, jumlah total kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi di Indonesia sejauh ini menjadi sebanyak 177.571 kasus.

Sementara, jumlah kasus kematian yang terjadi hingga kini adalah sebanyak 7.505 kasus. Sedangkan pasien yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 128.057 pasien.

Kasus-kasus tersebut dikonfirmasi di 34 provinsi di Indonesia. 

Baca juga: Strain Virus Corona Lebih Menular Ada di Indonesia, Bagaimana Pengembangan Vaksin?

Berikut adalah rincian peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi dari bulan ke bulan:

  • 31 Maret: 1.528 kasus
  • 30 April: 10.118 kasus (bertambah 8.590 kasus dari bulan Maret))
  • 31 Mei: 26.473 kasus (bertambah 16.355 kasus dari bulan April)
  • 30 Juni: 56.385 kasus (bertambah 29.912 kasus dari bulan Mei)
  • 31 Juli: 108.376 kasus (bertambah 51.991 kasus dari bulan Juni)
  • 31 Agustus: 174.796 (bertambah 66.420 kasus dari bulan Juli)

Dengan jumlah total kasus saat ini, Indonesia berada di posisi 23 untuk negara dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi di dunia dan nomor 9 di Asia.

Positivity rate

Mengutip Kompas.com, 31 Agustus 2020, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan, angka positivity rate Covid-19 di Indonesia pada Agustus merupakan yang tertinggi sejak April 2020.

Positivity rate sendiri merupakan persentase pasien yang memiliki hasil tes positif Covid-19, yaitu dihitung dengan membagi jumlah kasus positif dengan tes yang dilakukan.

Raditya menuturkan, pada bulan Agustus ini, positivity rate Covid-19 di Indonesia mencapai 15,30 persen.

Artinya apabila ada 100 orang yang dites, kemungkinan akan ada 15 orang yang terdeteksi positif virus corona. 

Angka ini jauh melebihi batas ambang ideal yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 5 persen.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 2 September: 25,8 Juta Orang Terinfeksi | Gedung Putih Kecam WHO

Berikut adalah rincian positivity rate Covid-19 di Indonesia pada bulan-bulan sebelumnya:

  • April: 13,98 persen
  • Mei: 10,81 persen
  • Juni: 11,79 persen
  • Juli: 13,36 persen

Menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, positivity rate (PR) ini penting untuk diperhatikan oleh tiap-tiap wilayah.

Apabila PR di atas 5 persen, maka diklasifikasikan tinggi dan sangat serius jika berada di atas 10 persen.

"Itu artinya bahwa di daerah tersebut memiliki penularan komunitas yang relatif tinggi dan cakupan tes yang belum cukup untuk menyaring atau mendeteksi kasus positif di masyarakat tersebut," jelasnya sebagaimana dikutip Kompas.com, 25 Juli 2020. 

Jumlah tes 

Berdasarkan standar WHO, sebuah negara setiap minggunya harus memeriksa 1 per 1.000 penduduk terkait Covid-19.

Untuk mencapai target tersebut, Indonesia dengan jumlah penduduk 267 juta jiwa harus memeriksa 267.700 orang tiap minggu.

Baca juga: Perjalanan Kasus Virus Corona di Indonesia...

Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, angka pemeriksaan Covid-19 di Indonesia belum mencapai setengah dari standar WHO.

"Pada saat ini Indonesia baru mencapai 46,85 persen dari standar WHO tersebut," kata Wiku sebagaimana dikutip Kompas.com, 31 Agustus 2020.

Wiku mengatakan, seminggu terakhir, yaitu 24-30 Agustus 2020, pemerintah memeriksa 125.434 penduduk terkait Covid-19.

Angka tersebut diklaim meningkat cukup tinggi dibanding minggu sebelumnya.

Namun demikian, jumlah pemeriksaan Covid-19 di Indonesia belum merata, terbukti dengan 43 persen ada di DKI Jakarta.

Peningkatan jumlah tes sendiri sangat sentral perannya dalam mendeteksi kasus Covid-19 secara menyeluruh dan berpengaruh terhadap positivity rate  (PR) yang dihasilkan.

Jika jumlah tes belum masif dan PR menunjukkan angka yang tinggi, dapat diindikasikan kondisi yang masih sangat rawan.

Menurut Dicky, bila ada banyak kasus positif di masyarakat yang belum terdeteksi, maka penambahan tes akan memberikan hasil peningkatan kasus dan PR yang tinggi.

Akan tetapi, seiring dilakukannya intervensi test, tracing, dan isolasi, maka PR ini akan menurun. 

Baca juga: Melihat Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia dari Bulan ke Bulan

Ketersediaan fasilitas kesehatan

Sementara terkait ketersediaan fasilitas kesehataan, Wiku menyebut bahwa angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit Covid-19 di DKI Jakarta sudah tidak ideal.

"Kalau kita lihat kondisinya pada saat ini, angka keterpakaian tempat tidur di ruang isolasi adalah 69 persen. Sedangkan angka keterpakaian tempat tidur di ICU yaitu 77 persen," kata Wiku, Senin (31/8/2020).

Adapun total rumah sakit rujukan Covid-19 DKI Jakarta adalah 67 buah dan 170 rumah sakit yang menangani pasien Covid-19.

Selain masalah itu, meninggalnya ratusan dokter di Indonesia dalam pandemi virus corona ini juga membawa dampak yang luas.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, dampak meninggalnya seratusan dokter tersebut akan bertambah berat dengan pasien Covid-19 yang semakin hari semakin bertambah.

Hal ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami hal yang sama dan mengakibatkan berkurangnya jumlah kamar perawatan. 

Baca juga: Selama 6 Bulan Manggarai Timur Belum Tersentuh Covid-19, Ternyata Ini yang Dilakukan

(Sumber: Kompas.com/ Sania Mashabi, Vina Fadhrotul Mukaromah, Fitria Chusna Farisa, Dandy Bayu Bramasta |Editor: Krisiandi, Icha Rastika, Sari Hardiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Tren
5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

Tren
[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

Tren
Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Tren
10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

Tren
Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Tren
Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Tren
Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com