Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Wabah Pes di Mongolia Dalam, China Isolasi Satu Desa

Kompas.com - 07/08/2020, 16:33 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Pemerintah China mengisolasi sebuah desa di wilayah otonomi Inner Mongolia atau Mongolia Dalam setelah salah satu warga meninggal dunia akibat terinfeksi bubonic plague atau wabah pes.

Inner Mongolia atau Mongolia Dalam merupakan sebuah daerah otonom setingkat provinsi di China. Ibu kotanya Hohhot.

Melansir CNN, Jumat (7/8/2020), pes adalah penyakit yang umurnya berabad-abad dan bertanggung jawab atas pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia.

Komisi Kesehatan Kota Baotou mengungkapkan, kasus kematian akibat pes tersebut dilaporkan oleh pihak berwenang setempat pada Minggu pekan lalu.

Baca juga: Jamur Enoki dan Kaitannya dengan Wabah Listeria...

Pasien yang kini telah meninggal tersebut merupakan warga Desa Suji Xincun, Distrik Damao Banner.

Berdasarkan pernyataan Komisi Kesehatan, pasien tersebut meninggal karena kegagalan sistem peredaran darah. Tetapi tidak dijelaskan bagaimana pasien bisa terinfeksi.

Untuk menghindari penyebaran dari penularan wabah pes, pihak berwenang menutup desa Suji Xincun, tempat tinggal pasien yang meninggal, dan memerintahkan dIsinfeksi rumah setiap hari.

Baca juga: Memprediksi Kapan Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Berakhir...

Seluruh penduduk diperiksa

Ilustrasi pencegahan wabah virus coronaSHUTTERSTOCK/WOOCAT Ilustrasi pencegahan wabah virus corona

Kabar baiknya, hingga sejauh ini semua penduduk desa tersebut telah diperiksa dan dinyatakan negatif terhadap wabah pes ini.

Selain itu, ada sembilan warga desa yang pernah menjalin kontak dekat dengan pasien meninggal dan 26 warga lainnya yang pernah menjalin kontak telah menjalani karantina mandiri.

Sebelumnya, pemerintah Damao Banner, distrik tempat itu berada, telah menetapkan wilayah tersebut pada level siaga 3 terkait pencegahan penularan wabah hingga akhir tahun 2020.

Baca juga: Menilik Potensi Resesi Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19...

Masih dari sumber yang sama, kasus kematian akibat wabah pes di China adalah yang pertama, namun kasus ini adalah yang kedua kalinya terkonfirmasi di China.

Kasus sebelumnya ditemukan sekitar awal Juli lalu ketika pihak berwenang mendeteksi beberapa kasus bubonic di wilayah utara China, terutama Mongolia Dalam.

Akibat dari hal itu, pemerintah China bahkan telah menutup sejumlah tempat wisata di bagian utara negara itu yang dekat dengan perbatasan Mongolia.

Baca juga: Trending, Ini 10 Lokasi Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng

Pandemi paling mematikan

Ilustrasi Pandemi shutterstock.com Ilustrasi Pandemi

Wabah pes diketahui pernah menyebabkan pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia, yakni fenomena Black Death, di mana 50 juta orang di Eropa meninggal karena terjangkit pes atau bubonic sekitar abad pertengahan.

Penyakit itu ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui kutu ke manusia.

Wabah pes ini menyebabkan nyeri, pembengkakan kelenjar getah bening, demam hingga menggigil dan juga batuk.

Baca juga: 3 Fakta Seputar Penggunaan Antibiotik yang Harus Anda Ketahui

Adanya antibiotik yang dapat mengobati wabah pes ini, dikatakan telah memabntu meredam penyebaran wabah, mencegah jenis penyebaran yang begitu cepat seperti yang terjadi di Eropa pada abad pertengahan.

Namun, keberadaan antibiotik tersebut tidak sepenuhnya membantu menghilangkan wabah pes.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan wabah pes sebagai penyakit yang muncul kembali.

Baca juga: Gejala Covid-19 pada Anak Mirip Penyakit Kawasaki Muncul di AS

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo INfografik: Wabah Virus Corona Berstatus PHEIC

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com