SISTEM pendidikan online yang terpaksa diterapkan akibat pagebluk Corona membuktikan kenyataan bahwa tidak semua generasi muda Indonesia mampu membeli hape (handphone) yang secara langsung memperparah situasi dan kondisi ketidakadilan pendidikan di Indonesia setelah 75 tahun merdeka.
Tidak sedikit generasi muda Indonesia tidak mampu melanjutkan pendidikan bukan akibat kurang cerdas atau kesehatan terganggu namun sekedar akibat tidak mampu membeli hape untuk menempuh pengajaran secara online.
Bahkan tidak sedikit orang tua terpaksa berbuat kriminal demi mampu membeli hape untuk anak apalagi anak-anak mereka.
Kesenjangan sosial antara si kaya dengan si miskin makin melebar sehingga secara frontal berdampak buruk terhadap pendidikan generasi muda bangsa Indonesia yang menurut UU 1945 adalah tanggung jawab negara.
PBB sudah resmi memaklumatkan bahwa akses ke Internet merupakan hak asasi manusia.
Syukur Alhamdullilah, sudah ada LSM seperti gerakan kemanusiaan Gusdurian Peduli di bawah pimpinan putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid memberikan sumbangsih hape kepada generasi muda yang membutuhkan.
Baca juga: Donasi Ponsel Bekas untuk Siswa yang Membutuhkan, Mau Berkontribusi?
Namun sampai saat naskah ini ditulis belum terdengar berita bahwa pihak pemerintah resmi turun tangan membantu jutaan pemuda-pemudi Indonesia memperoleh akses ke Internet.
Dampak buruk tidak akan berhenti terbatas pada pendidikan saja namun meluas ke segenap sendi-sendi kehidupan sehingga pasti akan berdampak buruk secara sosial, ekonomi, kebudayaan bahkan peradaban bangsa, negara dan rakyat Indonesia.
Maka melalui naskah sederhana ini, dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri kepada yang terhormat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk berkenan resmi menyelenggarakan gerakan kemanusiaan Hape Untuk Generasi Muda Indonesia (HPGMI).
Tugas HPGMI sederhana saja menampung serta menghimpun sumbangsih hape dari masyarakat Indonesia termasuk saya pribadi siap dengan segenap keterbatasan kemampuan menjadi penyumbangsih.