Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral soal Moebius Syndrome, Apa Itu?

Kompas.com - 24/07/2020, 18:33 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Kemungkinan disebabkan oleh kelainan genetika yang diturunkan secara dominan. Jadi, jika salah satu orangtua menderita sindrom ini, semua anaknya memiliki kemungkinan 50 persen akan mengalami sindrom Moebius," katanya lagi.

Selain itu, salah satu kemungkinan penyebab sindrom Moebius adalah kurangnya aliran darah (iskemia) ke bayi ketika masih di dalam kandungan. Iskemia dapat terjadi akibat faktor lingkungan.

Baca juga: Pakar WHO: Jangan Berharap Vaksinasi Covid-19 Dapat Dilakukan Awal 2021

Gejala sindrom Moebius

Terkait gejala yang dialami, Manfaluthy mengungkapkan, selain wajah yang tidak dapat berekspresi, ada juga sejumlah gejala yang dialami oleh penderita sindrom Moebius, antara lain:

  • Gangguan makan, menelan, dan tersedak
  • Mata sensitif atau ulkus kornea karena tidak dapat menyipitkan mata atau berkedip
  • Adanya keterlambatan motorik seperti merangkak akibat kelemahan tubuh bagian atas
  • Starbismus atau mata juling
  • Meneteskan air liur atau ngences (drooling)
  • Dagu kecil (micrognathia)
  • Mulut kecil (microstomia)
  • Langit-langit mulut yang tinggi atau sumbing langit-langit
  • Lidah pendek atau cacat sehingga gerakan lidah terbatas
  • Masalah gigi
  • Daun telinga kecil (microtia) atau tidak ada sama sekali (anotia)
  • Gangguan pendengaran
  • Gangguan artikulasi atau bicara
  • Kelainan garis tengah wajah minor
  • Club feet atau congenital talipes equino varus (CTEV)
  • Kelainan bentuk tangan atau kaki seperti sindaktili
  • Skoliosis
  • Kelainan otot dada dan payudara pada satu sisi tubuh
  • Gangguan intelektual minor atau autisme

Gejala-gejala di atas membuat sindrom wajah seperti topeng ini menjadi masalah yang cukup serius.

"Sindrom ini bukan hanya membuat penderitanya tidak dapat berekspresi, tapi juga dapat memengaruhi kualitas hidup," ujar dia.

Baca juga: Mengenal TBC, Penyakit yang Diduga Menyerang Suami Soraya Haque

Cara penanganan

Diketahui, cara penanganan sindrom Moebius bervariasi, tergantung dari kelainan yang diderita.

Manfaluthy mengungkapkan, pengobatan melibatkan beberapa ahli dari dokter spesialis bedah plastik, anak, saraf, telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), mata, ortopedi, dokter gigi, terapis wicara, dan lainnya.

Operasi dilakukan untuk kelainan saraf yang merupakan kelainan utama dari sindrom Moebius. Operasi pembetulan saraf dilakukan dengan mencangkok saraf atau otot dari area lain tubuh.

Salah satu contohnya adalah transfer tendon temporalis ke sudut mulut.

"Jika paralisis terjadi pada salah satu sisi wajah, cangkok saraf lintas wajah (cross-facial nerve graft) dari sisi yang normal ke sisi yang kelainan dapat dilakukan," terang Manfaluthy.

Baca juga: [HOAKS] Unggahan soal Indomie Miliki Rasa Saksang Babi

Aspek sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka yang harus hidup dengan sindrom Moebius dapat mengalami hambatan interaksi sosial.

Kendati demikian, penting bagi kita untuk mengenal tentang sindrom wajah seperti topeng ini, sehingga mencegah kita menganggap penderitanya sebagai orang aneh dan mencegah terjadi perundungan karena keterbatasan fisik mereka dalam mengekspresikan emosi.

Padahal, penderita sindrom ini memiliki kecerdasan normal dan tetap memiliki perasaan kayaknya orang lain.

"Jadi jika Anda mengenal seseorang dengan sindrom ini, tingkatkan rasa empati dan berikan dukungan sosial yang baik demi kualitas hidup mereka,"imbuh dia.

Baca juga: Mengenal EVALI, Penyakit Paru Misterius akibat Rokok Elektrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com