Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Sebut Hasil Tes Covid-19 di Indonesia Lama, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 20/07/2020, 20:38 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain jumlah tes yang masih rendah, lamanya hasil pengujian Covid-19 di Indonesia juga menjadi sorotan banyak pihak.

Dalam catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, butuh waktu sekitar satu minggu untuk mendapat hasil pengujian virus corona di Indonesia.

Padahal, standar yang ditetapkan WHO terkait durasi pengujian adalah 24 sampai 48 jam.

Efektifitas Pelacakan kasus

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, lamanya pengujian Covid-19 di Indonesia ini akan berdampak pada efektifitas program pelacakan kasus.

Padahal, pelacakan atau tracing berkontribusi besar dalam menghentikan laju penyebaran virus corona.

"Lebih dari tiga hari maka efektifitas program pelacakan kasus kontak dan kontribusi untuk menurunkan kecepatan penularan jadi minim dan tidak signifikan," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (20/7/2020).

Menurut Dicky, hasil riset menunjukkan bahwa batas maksimal hasil tes Covid-19 adalah 3 hari.

Dicky menyebut lamanya proses pengujian ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah laboratorium, sumber daya manusia, dan utilitas mesin PCR yang masih kurang.

Dengan kondisi itu, penumpukan sampel pun tak bisa dihindarkan. Padahal, secara normal hasil pengujian bisa diketahui dalam 24 jam.

"Namun dengan banyaknya sampel tentu akan perlu waktu. Karena pemeriksaan PCR ini ada proses di mana memang perlu tangan manusia yang terampil sebelum masuk ke mesin," jelas dia.

"Walaupun misalnya Surabaya memilih melakukan pooling test, ya tetap juga perlu SDM yang cukup di laboratoriumnya," sambungnya.

Baca juga: WHO Soroti Jumlah Tes, Positivity Rate, dan Kapasitas Rawat Inap RS di Indonesia

Perlu inovasi

Karena itu menurut Dicky, diperlukan inovasi agar masalah tersebut bisa teratasi, seperti yang dilakukan oleh biofarma dan FK Unpad atau mengadakan mesin pemeriksaan seperti yang dimiliki Eijkman.

Namun, saat ditanyakan mengenai apakah penumpukan sampel itu akan berpengaruh pada akurasi hasil pengujian, Dicky tak bisa memastikan. 

Dalam kaitannya dengan kualitas program pengujian dan pelacakan, dia belum melihat dua hal penting di Indonesia, yaitu quality control dan quality assurance.

"Hal yang belum saya lihat dalam program testing tracing di kita adalah quality control dan quality assurance-nya. Dua hal ini yang akan menjaga kualitas program testing dan tracing," tutupnya.

Hingga saat ini, Indonesia telah melaporkan 88.214 kasus infeksi dengan 4.239 kematian dan 46.977 pasien dinyatakan sembuh.

Angka itu termasuk 1.693 kasus infeksi baru yang dilaporan pada Senin (20/7/2020) dari pemeriksaan terhadap 14.027 spesimen milik 13.250 orang dalam sehari.

Di sisi lain, secara total pemerintah sudah memeriksa 1.235.545 spesimen dari 720.498 orang yang diambil sampelnya.

Sebagai catatan, satu orang bisa menjalani pemeriksaan spesimen lebih dari satu kali.

Baca juga: Catatan WHO Soal Covid-19 di Indonesia: Kapasitas Tes Masih Rendah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com